Mohon tunggu...
Saddam Elake
Saddam Elake Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Wacana Harga Rokok Naik dan Peran Industri Rokok Sebagai Pahlawan Ekonomi Indonesia

2 September 2016   01:24 Diperbarui: 2 September 2016   02:46 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Setelah menonton Indonesia Lawyers Club edisi 23/08/16 yang dihadiri kelompok anti rokok dan kelompok pro rokok. Saya beranggapan bahwa masalah ini sangat kontradiksi. Sampai kapanpun akan sangat sulit ditemukan solusi yang berpihak kepada kedua pihak. Misalnya pihak Kementerian Kesehatan (kemenkes) sudah pasti gencar berkampanye tentang anti rokok karena itu memang tugasnya, tugas instansinya. Tapi disisi lain Kementerian Ketenagakerjaan pasti kontra dengan Kemenkes karena jika harga bea cukai dan rokok dinaikkan 50 ribu artinya tidak menutup kemungkinan pabrik rokok akan bangkrut karena mengurangi pembelian konsumen, dan disaat itu juga ratusan ribu pekerja rokok dan petani tembakau kehilangan pekerjaan. Disinilah yang tidak diinginkan Kementerian Ketenagakerjaan.

Lagian menaikkan cukai juga ada aturannya, tidak bisa semana-mena langsung meloncat tinggi cukainya. Ini hanya sebatas penelitian dari Prof Hasbullah Thabrany dari FKM-UI yang menyebutkan jika harga rokok naik 50 ribu, orang akan berhenti merokok, dia tidak melakukan survei bagaimana mengantisipasi jika industri rokok bangkrut dan akan kehilangan ratusan ribu tenaga kerja yang menggantungkan nasibnya di industri rokok.

Sebab para industri rokok adalah pahlawan ekonomi Indonesia yang banyak menyumbangkan keuntungan pada negara berupa lapangan kerja, pajak, dan devisa. Begitu juga bagi para perokok yang menyumbangkan cukai yang begitu tinggi buat negara. Bahkan para konsumen rokok atau para perokok tahun 2013 menyumbang sebasar Rp 103,73 triliun untuk negara. Tidak ada konsumen produk lain yang menyumbang pada negara dengan nilai fantastis seperti itu. Bahkan disektor kesehatan yang harga produknya selangit, yang harga produknya membebani konsumen, ternyata tidak banyak menyumbangkan untuk negara.

Bagi saya solusinya adalah menaikkan tarif cukai atau harga rokok khusus rokok impor seperti Marlboro, Esse, Camel, Dunhill,  dan seluruh produk rokok dari PT. Philip Morris International (termasuk sampoerna A Mild, Dji Sam Soe, A valution). Sebab seperti yang dikatakan Fuad Bawazier (mantan menteri keuangan) ketika rokok impor menguasi negara-negara lain saat itu juga rokok lokal di negara tersebut bangkrut, dan hanya di negara Indonesia yang industri rokok lokal bertahan dan berani melawan rokok asing, seperti PT Djarum, PT Gudang Garam, dan rokok-rokok lokal lainnya yang tersebar diseluruh pedesaan Indonesia. Dan sepatutnya kita sepakat mengatakan bahwa industri rokok lokal adalah pahlawan ekonomi Indonesia. Dan para perokok juga pahlawan seperti Soekarno, Sutan Sjahrir, KH. Agussalim, dan Chairil Anwar hehehe. Saya juga yakin kalo Soekarno tidak merokok Marlboro, begitupun dengan Sutan Sjahrir dan lain-lain.

Memang benar merokok tidak baik untuk kesehatan kita, tapi kemiskinan bisa lebih dari itu, kemiskinan bisa membunuhmu, (Nelson Mandela). Maka dari itu kemiskinan akan mengintai para petani tembakau dan para pekerja rokok jika industri rokok mereka bangkrut. Lagian sekarang kan darurat narkoba bukan darurat rokok.

Penulis : Muhammad Saddam Elake

Catatan : penulis adalah perokok

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun