Mohon tunggu...
Elok R Hikmah
Elok R Hikmah Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia

Bukan malaikat, bidadari apalagi :D

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Hingga Kini, "Jongos" Itu Masih Bernama Rakyat

8 Oktober 2020   09:58 Diperbarui: 8 Oktober 2020   10:12 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: instagram @abieratonoefendi

Surat ini saya tujukan untuk para pemimpin yang kusayangi, Pak Polo (Bahasa Jawa: Kepala Dusun), Pak Lurah, Camat, Bupati, DPR, Gubernur, hingga Pak Presiden, tolong!! Jangan sekali-sekali libatkan rakyat dalam setiap pembangunan.

Kalimat pembuka tersebut pasti terdengar absurd di telinga banyak pihak, termasuk rakyat sendiri. Bagaimana tidak, partisipasi rakyat merupakan pasal pertama dalam prinsip operasional pembangunan. Siapapun sosok yang menjadi pejabat, dari lurah sampai presiden, seringkali mengucapkan hal itu di setiap sambutan ataupun pidatonya.

Dan lagi, prinsip partisipasi rakyat itu muncul, tumbuh subur, dan dikembang-biakkan oleh semua lapisan, mulai dari ahli, pakar, birokrat, negarawan, politisi, aktivis, seniman, pedagang, serta siapapun yang punya tekad baik untuk membangun dan memajukan bangsanya.

Tapi tolong sekali lagi, jangan libatkan rakyat dalam setiap pembangunan!

Teruntuk para pemimpin, kalian pikir rakyat itu siapa? Rakyat itu bos kalian! Rakyat itu juragan dan pemilik negara ini. 

Sedangkan pemimpin, baik dari pak lurah sampai pak presiden hanya bertugas sebagai kontraktor pembangunan yang digaji oleh rakyat. Mau Camat, Bupati, DPR, atau Gubernur, itu buruhnya masyarakat, yang punya negeri kaya raya ini rakyat. Yang punya uang pajak dan devisa apapun itu rakyat.

Tapi tenang, rakyat itu juragan yang baik. Rakyat tidak pernah bersikap semena-mena pada jongosnya. Justru sekarang yang terjadi malah sebaliknya, rasa-rasanya para pejabat sering salah sangka terhadap rakyat dan dirinya sendiri. Mereka menyangka bahwa mereka adalah atasan rakyat, sehingga dengan bebas mereka memaksakan setiap kehendak mereka atas rakyat. Dan rakyat hanya berkewajiban menaatinya.

Satu dari banyak hal yang membuat saya miris dengan yang terjadi hari ini, kerapkali saya temui banyak orang yang untuk makan sekali dalam sehari saja susah, bahkan ada yang hingga tiga hari berturut-turut belum disapa nasi sama sekali karena ciutnya finansial yang ia hadapi. Sedangkan potret lain, banyak para pejabat dengan rakusnya merampas harta negara yang jelas-jelas bukan haknya. Mengenyangkan perutnya hingga buncit, sedangkan rakyat dibiarkan kurus kering bak rerantingan pohon kering.

Potret lain yang bikin geram, yakni mereka yang sudah dinyatakan bersalah dan mendekam dibalik jeruji besi, namun masih bisa melancarkan bisnis haram lainnya. Kesalnya lagi, mereka memperoleh fasilitas ruangan ber-AC dan makanan super mewah yang bahkan mungkin rakyat pinggiran belum pernah merasakannya.

Saya pernah mendengar salah satu ayat dalam ajaran agama yang saya anut, yakni agama Islam, yang mengatakan bahwa, tidak akan bisa seorang pemimpin mencium bau surga, ketika dia bisa tertidur dengan pulas sementara ada satu rakyatnya yang lemah menahan lapar.

Dimana ceritanya, ada juragan atau bos besar yang hampir mati kelaparan, sedangkan buruhnya malah enak-enakan leyeh-leyeh sambil kipasan segepok uang. Gak ada ceritanya! Harusnya kan si bos juga bisa senyum lebar karena sudah disejahterakan oleh buruhnya, tapi lain halnya dengan yang terjadi saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun