Mohon tunggu...
Elok Indrawati
Elok Indrawati Mohon Tunggu... Freelancer - a learner, a dreamer, a planner

Sedang menerapkan slow living

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Rindu Rumah, Nostalgia Ramadan Masa Kecilku

2 April 2023   06:40 Diperbarui: 2 April 2023   07:03 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Thehunter1000/pixabay.com

Seminggu sebelum Ramadan tiba ibu pulang dengan wajah sumringahnya. Dia membonceng alat paling canggih di rumah, sebuah "magic com" atau penghangat nasi di belakang sepedanya. Magic com yang masih bagus dibungkus dengan kotak kardusnya akan pulang ke rumah setiap Ramadan tiba, setelah digadaikan oleh ibu. Khusus di bulan puasa ini ibu ingin anak-anaknya makan sahur dengan nasi hangat, biar semangat bangun sahurnya, katanya. Mungkin setelah lebaran benda canggih itu akan Kembali berada di pegadaian.

Begitulah aku selalu mengingat awal Ramadan saat masih kecil. Waktu itu aku masih kelas satu SD saat belajar berpuasa setengah hari. Siang hari waktu solat dzuhur tiba, ibu selalu menawarkan mau puasa sampai magrib atau buka dulu kemudian lanjut puasa sampai magrib. Tak jarang ibu akan membawaku ke sebuah warung untuk 'buka' di waktu dzuhur. Ibu selalu mengajarkan untuk jujur, tanpa aku harus sembunyi-sembunyi makan di bawah meja. Karena memang aku masih tahap belajar.

Setelah makan sahur aku membantu ibu mempersiapkan dagangannya untuk dijual di pasar. Ibu membawa beberapa bungkus cendol ditaruh di sebuah ember dan diboncengnya ke pasar. Tak lain ibu jelas ingin mencari tambahan uang untuk persiapan lebaran. Sepulang dari pasar ibu selalu membawa jajanan, biscuit tini wini biti kesukaanku untuk dimakan nanti waktu buka puasa.

Selepas subuh biasanya teman-temanku akan menjemputku. Kami berjalan- jalan, kadang ke pasar, kadang ke sawah. Kemudian kami akan mampir ke musolah untuk tadarusan. Demi menghabiskan waktu setelah itu kami akan bermain bola bekel atau ular tangga.

Sore hari kakak laki-laki ku yang baru kelas satu SMP biasanya mengajak ku bersepeda ke kota. Aku senang sekali dibonceng mas. Sepanjang jalan dia menjelaskan gedung-gedung yang berjajar di pinggir jalan.

"Sing iku opo mas" tanyaku.

"oh.. iku Gedung DPR" jawabnya

"Iki arep nangdi mas?"

"Tak jak ning Taman Kebon Rojo"

Aku ingat sekali pertama kali aku tau taman Kebon Rojo saat bulan Ramadan, pohon-pohon flamboyan di kiri dan kanan jalan sedang berbunga kuning. Beberapa bunganya berjatuhan ke aspal. Mas mengayuh sepedanya dengan kencang. Angin menyapu rambutku. Kami berdua berteriak "woohoooo". Kemudian jam lima sore mas mengayuh sepedanya menuju jalan pulang. Tak lupa mampir membeli es degan sebungkus untuk kami berdua buka puasa. Setelah itu mas mengayuh sepedanya menuju sebuah gang dekat pasar Legi.

"Iki loh gang suling". Katanya.

"Oh... Iki toh sing biasane muni pas waktu'e buko yo mas?"

"Iyo...ambek pas waktue imsak" Jelasnya.

Ah... akhirnya aku tau tempat suling raksasa. Lebih tepatnya itu adalah menara sutet yang menghasilkan suara denging mirip seruling. Hanya dibunyikan waktu bulan Ramadan sebagai penanda waktu buka puasa dan imsak.

Di rumah ibu sudah menyiapkan menu buka puasa. Tidak lupa ada pecel kangkung dan kerupuk asin. Sederhana tapi sungguh membuat kami anak-anaknya rindu untuk pulang ke rumah.

Sudah hampir sebelas tahun aku tidak melewati Ramadan Bersama Ibu, Bapak dan mas di rumah. Mas harus bekerja di Surabaya pulang sesekali saat weekend. Sedangkan aku lebih jauh lagi di ujung timur pulau Jawa. Kini aku hanya bisa video call mereka setelah berbuka, menanyakan "Ibuk masa apa?". Berharap libur lebaran segera tiba agar bisa merasakan sisa Ramadan Bersama keluarga di kampung halaman. Aku rindu suara suling, aku rindu masakan ibu, aku rindu jalan-jalan selepas subuh, aku rindu Ramadan di rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun