Mohon tunggu...
Elmi Safridati
Elmi Safridati Mohon Tunggu... Guru - Guru
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis dan menorehkan sesuatu di medsos menjadi salah satu kesibukan saat ini, walaupun masih dalam tahap belajar. Semoga semuanya bermanfaat. Terima kasih untuk Omjay dan semua guru yang telah mengajarkan ku, semoga ilmu yang sudah diajarkan, berbalas pahala. aamiin...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Teratai Kehidupan

17 Agustus 2022   07:52 Diperbarui: 17 Agustus 2022   07:57 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Manusia ada tercipta dari air yang hina
Terpancar dari sulbi dan taraib
Diam di tempat sempit yang gelap
Selama sembilan bulan sepuluh hari
Ya, itulah dia rahim
Rahim ibu
Wanita mulia yang kuat
Wanita mulia tanpa banyak mengeluh
Membawa semua insan yang telah lahir ke dunia

Mulai dari dalam rahim
Manusia hidup bergantung kepada ibu
Ibu berjuang selama sembilan bulan
Tertatih-tatih mengayunkan langkah
Terseot-seot mengayunkan tangan kian kemari
Membawa beban berat yang tak terperih
Sampai waktunya tiba
Ibu berjuang tanpa henti
Melahirkan antara hidup dan mati

Sakit tak terperih antara bahagia dan derita
Manusia terpancar ke dunia
Melengking menangis dengan pekik yang kuat
Ingat janji kepada Sang Pencipta
Akankah bisa terlaksana selama menghirup udara
Itulah sesungguhnya yang ditangisi manusia
Itulah sebenarnya yang dipekikkan saat berpindah dari alam rahim ke alam dunia

Manusia saat di rahim ibu
Berjanji kepada Allah akan taat, tunduk dan patuh mengabdi selamnya
Tetapi lupa
Manusia telah lupa..
Saat di dunia manusia itu telah lupa
Lupa akan Janji manisnya kepada Allah
Lupa dengan sengenap pengabdian dan kepatuhan
Lupa ruku'..lupa sujud...lupa menadah
Lupa mengingat-NYA
Lupa akan segalanya

Sang ibu...si pejuang tangguh
Menyapih manusia selama dua tahun
Bergerak menggendong kian kemari
Mengayun diatas buaian kenikmatan
Manusia bertumbuh dan berkembang
Di atas tangan ibu yang tak pernah lelah
Malam tak tidur siang tak lelap
Menjaga sibuah hati dengan penuh suka cita
Pantang hilang dari pandangan mata walau hanya sekejap saja
Tak boleh tersakiti atau disakiti walau hanya oleh semut dan nyamuk kecil

Manusia hidup
Manusia telah hidup di air kehidupan yang luar biasa
Penuh kesejukan, penuh kedamaian, penuh ketenangan dilindungi oleh sang dewa yang penuh cinta
Keluar dari lumpur... berkembang di atas air yang suci
Kuncup, mengembang dan kuncup kembali seperti bunga teratai

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun