Mohon tunggu...
Elmayanti
Elmayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa

hobi traveling dan mengeksplor keindahan alam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dari Tangan Tua yang Tak Letih, Lahir Kain Sasirangan Penuh Makna

16 Oktober 2025   19:56 Diperbarui: 16 Oktober 2025   19:56 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di balik kemajuan bisnis digital dan derasnya arus modernisasi, masih ada sosok-sosok tangguh yang memilih bertahan dengan cara tradisional. Salah satunya adalah Ibu Norhayah, perempuan berusia enam puluh tahun yang menetap di Kelurahan Seberang Masjid, Kota Banjarmasin. Ia telah lebih dari setengah dekade menjalankan usaha kerajinan kain Sasirangan, warisan budaya Suku Banjar yang sarat makna dan filosofi.

Bagi sebagian orang, menjalankan bisnis tanpa teknologi terasa mustahil. Namun, bagi Ibu Norhayah, kekuatan utamanya terletak pada pengalaman dan ketulusan. Dengan jumlah pekerja yang tak lebih dari tiga orang, usahanya mampu bertahan di tengah persaingan pasar yang semakin modern. Prinsip yang ia pegang sederhana: menjaga keaslian dan mutu kain lebih penting daripada sekadar mengejar tren.

Sasirangan: Identitas, Filosofi, dan Sumber Kehidupan

Sasirangan bukan sekadar kain berwarna-warni yang dijual di pasar oleh-oleh. Di balik tiap motif, tersimpan nilai sejarah dan doa yang diwariskan dari generasi ke generasi. Setiap pola dan warna memiliki makna tersendiri---ada yang melambangkan kekuatan, ketenangan, hingga harapan akan kesejahteraan.

Bagi Ibu Norhayah, berjualan Sasirangan bukan hanya soal mencari nafkah, tetapi juga menjaga identitas budaya Banjar agar tetap hidup. Ia meyakini bahwa setiap proses, mulai dari pewarnaan hingga penjahitan, harus dilakukan dengan tangan dan hati, bukan mesin. Pandangannya ini menjadikan produk buatannya tetap memiliki nilai autentik di tengah gempuran produk tekstil modern.

Belajar dari Pengalaman, Bukan dari Buku

Berbeda dengan pengusaha muda yang sering mengandalkan rencana bisnis dan strategi pemasaran digital, Ibu Norhayah membangun usahanya dengan naluri dan pengalaman panjang. Ia tidak memiliki dokumen perencanaan tertulis, tetapi tahu dengan pasti bagaimana menjaga keseimbangan antara modal, produksi, dan permintaan pasar.

Pencatatan keuangan dilakukan dengan cara sederhana, namun rapi dan teratur. Ia percaya bahwa kerapian dalam mengelola hasil usaha adalah bentuk tanggung jawab, bukan sekadar tugas administratif. Meskipun tanpa dukungan teknologi canggih, sistem yang ia jalankan justru terbukti efektif dalam menjaga stabilitas usahanya selama bertahun-tahun.

Inovasi Pelan, Tapi Pasti

Dalam menghadapi perubahan selera konsumen, Ibu Norhayah tetap terbuka terhadap pembaruan. Ia sesekali melakukan inovasi kecil, seperti menambah variasi warna yang lebih modern atau memperkenalkan motif baru tanpa meninggalkan ciri khas Sasirangan.

Bagi beliau, berinovasi tidak berarti meninggalkan tradisi. Ia lebih memilih mengembangkan produk secara bertahap, agar tetap mempertahankan nilai budaya sekaligus menyesuaikan dengan pasar. Strategi ini membuat produknya tetap diminati oleh pembeli lokal maupun wisatawan yang mencari kain khas Banjar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun