Mohon tunggu...
Muh Arif Maruf
Muh Arif Maruf Mohon Tunggu... Freelancer - Free Writing

Penghamba Tuhan. Pemburu Ajal. Aku diciptakan dari tanah yang menangis, Tak ada hal yang dibanggakan kecuali aku hidup karena Tuhan yang Maha memberikan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jelmaan Ilusi

20 Februari 2019   01:00 Diperbarui: 20 Februari 2019   01:21 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jika manusia masih memikirkan ilusi

Tampak berdiam diri terkena sinar delusi

Tak bergerak bagai Prasasti

Itu sudah pasti Dirinya pun sebuah asumsi

Tengoklah kanan, 

Otak dia bukan Memikirkan imajinasi

Dia terbang dalam dekapan intuisi

Oh dia mengaktifkan ilusi

Ternyata dia terbang lebih tinggi hanya karena Menjelma kan Harapan insani

Bukan karena ilusi yang terlalu tinggi

Tapi sejauhmana ilusi menjadi-jadi

Berharap mengharapkan harapan

Bak sebuah asumsi

Kupilih jelmaan ilusi 

Untuk kehidupan maya tak tertandingi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun