Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

3 Hal Kenapa Minat Baca Indonesia Rendah, padahal Buku Bajakan Tinggi

1 Juni 2021   10:46 Diperbarui: 3 Juni 2021   08:10 2133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Minat baca anak. (Sahabat Keluarga Kemendikbud/Fuji Rachman)

Indeks Budaya Literasi Baca yang diukur dalam 3 (tiga) dimensi yaitu persentase penduduk yang membaca selain kitab suci, persentase masyarakat yang mengakses internet dan persentase penduduk yang mengunjungi perpustakaan/memanfaatkan Taman Bacaan.

Jika dibedah angka tahun 2019 Indeks Budaya Literasi yang sebesar 55,03 tersebut, perlu kita lihat angka komponen pembentuknya. Komponen pembentuknya adalah persentase penduduk membaca selain kitab suci sebesar 45,79 persen, persentase penduduk yang mengakses internet sebesar 43,47 persen dan persentase penduduk yang mengunjungi perpustakaan/taman bacaan sebesar 12,16 persen.

Sumber : Peraturan perpusnas No.7/2020
Sumber : Peraturan perpusnas No.7/2020
Kalau kita perhatikan nilai ketiga komponen tersebut dan nilai Indeks Budaya Literasi, maka pasti tidak dijumlah dan dibagi 3. Ada perhitungan khusus dan kelihatannya komponen persentase penduduk membaca adalah paling besar porsinya. 

Mungkin kita lihat lebih jauh nanti algoritma perhitungan BPS. Tetapi harus dipahami angka tersebut adalah hasil survei. 

Indeks Budaya Literasi baca di atas sangat dipengaruhi oleh kegemaran membaca masyarakat. Dari hasil kajian kegemaran membaca masyarakat Indonesia tahun 2020 yang dilakukan Perpustakaan Nasional menunjukkan tingkat kegemaran membaca pada skor 54,17 termasuk kategori sedang. 

Angka tersebut sebetulnya sudah jauh meningkat dibandingkan data tahun 2016 sebesar 26,5 (kategori rendah) dan tahun 2017 sebesar 36,8 (rendah), 2018 sebesar 52,95 (sedang), tahun 2019 sebesar 53,84 (sedang), dan tahun 2020 sebesar 54,17 (sedang).

Data kegemaran membaca tahun 2019 sebesar 53,84 tersebut ditolong oleh 5 (lima) provinsi dengan tingkat kegemaran membaca tertinggi, yaitu Provinsi DIY Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan DKI Jakarta. 

Mungkin kalau data tahun 2020 dibedah, posisi ini belum bergeser jauh. Mungkin saja. Jangan tanya kampung saya, Sumsel, masih berjuang kami.

Parameter Survei Kegemaran Membaca

Seperti saya sebut sebelumnya, angka indeks budaya baca adalah hasil survei. Angka kegemaran membaca juga hasil survei yang menggunakan responden dengan pengambilan sampel respoden, perhitungan, dan metodologi tertentu. 

Sebagai contoh survei kegemaran membaca di 34 provinsi yang melibatkan 102 kabupaten/kota dan menggunakan 12.240 responden. Parameter yang digunakan adalah: 

  • Frekuensi membaca per minggu (kali)
  • Durasi/intensitas membaca dalam sehari (jam)
  • Banyaknya bacaan yang dibaca dalam 3 bulan terakhir ( judul)

Jadi, sabar. Bisa jadi yang rajin beli buku di toko buku seperti saya, tapi jarang sempat membaca ya gak ngaruh beli buku itu terhadap angka kegemaran membaca kan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun