Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Birdman or The Unexpected Virtue of Ignorance dari Balik Loyang Roti

31 Oktober 2020   14:44 Diperbarui: 31 Oktober 2020   14:54 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Setip menit orang brengsek lahir..." Mike mengutip pemikiran P.T Barnum saat menciptakan sirkus

"Kau tidak bisa membedakan antara cinta dan kekaguman..." ucapan mantan istri, Sylvia kepada Riggan

"Orang menjadi kritikus, saat dia tidak bisa menjadi artis. Seperti halnya orang menjadi informan saat dia tak bisa menjadi serdadu..." Ucapan Mike kepada Tabitha Dickinson, kritikus teater terkenal yang sekaligus temannya agar memberi kesempatan kepada Riggan.

Tepat ketika Dickinson menilai buruk Riggan dengan berkata,

"Dia Badut Hollywood yang memakai kostum burung..."

Betapa berat Riggan menghadapi kritikus yang bahkan tak memberinya kesempatan, menonton prapertujukan tidak tapi menilainya banyak


"Apa yang terjadi pada kritikus sehingga kau membenci? tanya Riggan padanya
"Aku membenci semua yang kau wakili, merasa berhak, tak siap, tak berpengalaman, egois dan anak manja..." ujar Dickinson kepada Riggan

"Kau bukan aktor, tapi pesohor. Mari kita pahami itu.." kata Dickinson
"Kau tak bisa datang dan berpura-pura kau bisa menulis, menyutradarai dan berakting..."

"Untuk masuk ke teater, kau harus melewatiku dulu..."
"Aku akan membuat ulasan terburuk yang pernah ada", ancam Dickinson lagi
 
"Belum berpengalaman, itu label/cap. Kurang semarak, itu cap. Kurang menarik, itu juga cap...
"Kau ini pemalas, kau belum menontonnya... " kata Riggan saat ia menemui Dickinson

"Kau keliru menganggap kebisingan di kepalamu sebagai pengetahua sejati..." lanjut Riggan

Film ini hanya berlatar setingg ruang pemain, ruang ganti, lorong-lorong gedung teater, sebuah cafe, dan halaman serta jalanan Kota New York, yang digambarkan bagian belakang gedung teater. Musiknya pun simple, mayoritas hanya dentuman ringan drum tapi terasa pas (hanya ada sebuah lagu  yang saya lupa judulnya). Sederhana tapi kaya dan bernas. Bernas menyentil kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun