Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Perempuan Internasional, Saatnya Perempuan dan Laki-laki Membangun Awareness Bersama

9 Maret 2020   11:26 Diperbarui: 10 Maret 2020   10:10 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Samar-samar saya mendengar ucapan Arumi Bachsin saat perayaan Hari Internasional Perempuan yang jatuh tanggal 8 Maret kemarin, " Being a woman's a honnor..". Kalimat yang mungkin sudah sering kita dengar. 

Ucapan itu terasa indah sekali. Menjadi perempuan itu sebuah kehormatan. Meskipun faktanya, banyak perempuan mendapat stigma tidak enak di masyarakat saya kira itu hal yang lain lagi.

Saya kira Arumi sedang mengingatkan para perempuan untuk  menyadari betapa besar peran dirinya dalam kehidupan. Kita dibesarkan dengan jargon indah tentang perempuan. Misalnya, Perempuan itu Ibu Pertiwi. Perempuan itu Ibu Kehidupan. Perempuan itu malaikat dalam keluarga yang kasihnya sepanjang masa.

Faktanya tidak semua perempuan beruntung. Belum semua perempuan mendapat kehormatan seperti di atas. Banyak perempuan yang mendapat stigma tidak mengenakkan dalam masyarakat.  Apa sebab? banyak. 

Saya kira paling pertama adalah belum semua perempuan menghormati dan menyayangi dirinya.

Kedua, sebagian masyarakat menganggap perempuan layak diperlakukan seenaknya, dianggap warga kelas dua karena pola patriakhi yang begitu kental di masyarakat. 

Ketiga, masih terkait yang kedua, tuntutan yang begitu besar, harus menjadi istri dan ibu seolah baik-buruknya anak adalah semata tanggung jawab perempuan, padahal perempuan juga harus keluar rumah mencari nafkah. Kita tahu di dunia  kerja pun perempuan dirugikan. Dikira perempuan itu mahluk super ya, he. 

Keempat, norma dan regulasi terkait perempuan sering malah tidak menguntungkan perempuan. Sebagai contoh RUU Ketahanan Keluarga, dan lain sebagainya. Ini pendapat saya.

Nah kemaren menyambut perayaan Hari Internasional Perempuan (International Women's Day), Kompasianer Palembang (Kompal) bersama Lentera Jiwa dan Sister Circle Indonesia mengadakan acara Diskusi santai sambil Ngerujak membincang manis, asem dan pedasnya stigma perlakuan pada perempuan. Membahas stigma yang diberikan masyarakat pada perempuan dari sisi Hukum dan Kesehatan Jiwa. Acara yang seru .

Seru dan juga cukup bernas bagi saya. Kami di Kompal mulai bosan juga dengan bahasan yang terlalu mengawang-awang, apalagi untuk sekadar jadi ajang demo turun ke jalan. Kami ingin perempuan dan laki-laki duduk bersama membahas apa yang terjadi dengan Perempuan di sekitar kami. Bagaimana kasus-kasus kekerasan pada perempuan, sexsual harassement bahkan sekadar siulan disertai panggilan aneh dan menganggu (cat calling) yang menimbulkan kerugian dan ketidakyamanan pada perempuan. 

Tim sibuk ada Nindy yang selain anggota Kompal juga dari Sister Circle Indonesia. Ada Bikcik Kartika, yang selain anggota kompal juga memiliki latar belakang pedampingan hukum bagi perempuan yang mendapat kasus kekerasan, dibantu mba Echi dari LBH Palembang masih di divisi pendampingan kasus perempuan. Ada mba Diana Putri Arini dari Lentera Jiwa yang juga seorang Psikolog dan dosen. Ada pak Asep Burhanudin dari Komunitas Bela Indonesia. Ada Deddy Huang dan Bimo Rafanda, cowok kece Blogger dan Kompasianer Palembang.  Ada Mas Agus Fatullah, karyawan swasta dan anggota Kompal juga. Ada Faradilla Ainun karyawati sebuah BUMN dan anggota Kompal juga. Ada mba Herlya dari Playdate yang juga anggota Kompal. Ada beberapa mahasiswi dari Unsri, Dwi dan Zafirah. Dan lain sebagainya.

Sumber Foto : Deddy Huang
Sumber Foto : Deddy Huang
Sumber Foto : Deddy Huang
Sumber Foto : Deddy Huang

Sumber Foto : Dok.Kompal
Sumber Foto : Dok.Kompal

Sumber Foto : Deddy Huang
Sumber Foto : Deddy Huang

Sumber Foto : Deddy Huang
Sumber Foto : Deddy Huang

Sumber Foto : Deddy Huang
Sumber Foto : Deddy Huang

Membangun Awareness

Membangun awarenes bahwa bahwa perempuan itu sebuah kehormatan bukan warga kelas dua, bukan untuk diganggu laki-laki atau dilecehkan harus dimulai oleh perempuan dan laki-laki secara bersama dan penuh kesadaran. 

Dari sisi perempuan, harus menyayangi dirinya dirinya sendiri.  Mulai untuk  hidup secara benar dengan kepala tegak. Meski batasan hidup secara benar itu jelas sangat abu-abu, berupayalah untuk hidup dengan cara norma benar menurut hati nurani kita masing-masing  terlebih di negara kita yang sangat kompleks. 

Meski cara berpakaian itu hak seorang perempuan, masih banyak srigala berbulu domba yang akan dengan enteng berkata pakaian seksi perempuan adalah sebab ia melakukan pelecehan.  Jangan mentolerir ketidaknyamanan dan gangguan. Perempuan di posisi yang rentan jelas rawan untuk diganggu dan dilecehkan, ini yang harus dilindungi. OLeh siapa ? Oleh kita semua.  Oleh negara, jelas, tau kan kita sedang menunggu ketok palunya RUU Penghapusan kekerasan Seksual (PKS).

Dari sisi laki-laki, ayolah bantu perempuan. Tidak akan bisa perempuan berjuang sendiri menuntut haknya untuk dipelakukan baik dan dijauhi dari stigma negaif di masayarakat tanpa bantuan kalian. Tentu saja hanya laki-laki yang melek yang bisa melakukan tugas mulia ini. Saya percaya masih banyak laki-laki melek di dunia ini, termasuk di Indonesia, termasuk Palembang. Terbukti, dari 17 orang peserta diskusi kemarin,  5 orang diantaranya laki-laki. Lumayan untuk langkah awal.

Bagaimana Kita Orang Awam Menyikapi Kasus Kekerasan pada Perempuan

Jangan ikut-ikutan melakukan pelecehan dan menempelkan stigma negatif pada kasus kekerasan perempuan dengan komen bully dan merendahkan korban. Jaga kewarasan anda. Jangan ikut-ikutan komen asal padahal kita tidak paham kasusnya. Apalagi sekadar baca judul link berita. Jangan juga asal share hal yang kita tidak  yakin validitasnya.

Ketika kita dijadikan tempat curhat, jadilah pendengar yang baik. Penanganan korban kekerasan dan pelecehan perempuan butuh keahlian khusus, rujuklah dia ke ahlinya. Sarankan konseling. Nasehat kita yang orang awam kadang tidak membantu, tidak sedikit malah memperburuk keadaan. Ajak dan dampingi korban menemui ahlinya. Dari sisi Hukum ada LBH Palembang sebagai contoh. Dari sisi pendampingan mental ada Lentera Jiwa. 

Langkah Ke Depan

Tema International Women's Day tahun ini adalah Each For Equal. Kesetaraan Buat semua. Perempuan Indonesia mungkin masih lama untuk merasakan indahnya makna taggar Each For Equal tersebut. Itu sebabnya tema Perayaan Hari Internasional di Indonesia masih berkutat di penanganan kekerasan pada perempuan dan seputar stigma negatif yang diterima perempuan. 

Pembangunan Gender di Indonesia masih menempuh jalan panjang. Tidak cukup dengan melihat data Indeks Pembangunan Gender  dan Indeks Pemberdayaan Gender. Data kekerasan yang dialami perempuan dan anak perlu dilihat pula. Dan, meski di beberapa Daerah di Indonesia, termasuk Sumatera Selatan, telah ada Perda yang mengatur perlindungan perempuan dan anak dari kekerasan, kasus kekerasan perempuan masih juga meningkat. Perjuangan yang masih panjang.

Pada akhirnya, saya tetap berpegang pada jargon lama saya, perempuan, sayangi dirimu. Untuk bisa melangkah dengan kepala tegak dan tidak dilecehkan haruslah dimulai dengan menyanyangi dirimu. Sayangi dirimu untuk tidak melakukan hal yang merugikan, misal masuk ke lingkungan toksik dan unfaedah. 

Sayangi dirimu untuk memampukan diri, baik dari sekolah formal maupun belajar dari kehidupan. Sayangi dirimu, sebarkan kebaikan bahkan sekadar selarik tulisan tentang membangun awareness tentang perempuan. 

Laki-laki melek Indonesia, ayo bantu kami. Saya yakin kalian ada dimana-mana.

Salam Kompasiana. Salam Kompal selalu.

Sumber Foto : Dok.Kompal
Sumber Foto : Dok.Kompal
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun