Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

3 Alasan Kenapa Politikus Perlu Sering Ngopi di Pasar Tradisional

16 Desember 2018   21:02 Diperbarui: 17 Desember 2018   19:27 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pedagang sayur di Pasar Liem Hie Djung wialayah perbatasan Kabupaten Nunukan | Kompas.com/Sukoco

Ya tidak, bahkan cerdas digunakan di masyarakat yang reaktif dan mudah digiring. Hanya, ya kesannya cerdas yang agak gimana. Seperti kita sedang main cilukba. Mampir sebentar lalu menghilang, hit and run. 

Kita sibuk dengan permainan remeh-temeh mengaduk-aduk emosi masyarakat kita. Seperti kata Aiman Wicaksono, kita seolah lupa pada hal yang lebih krusial, yaitu pembahasan Cetak Biru Pembangunan Indonesia.

Seperti yang saya bilang tadi, hal tersebut adalah gejala alamiah ketika elit politik baru menganggap masyarakat sebagai objek politik saja. Tetapi, ketika masyarakat mulai pintar, saya kira saatnya para politikus juga melek bahwa perhatian pada pasar itu sejatinya ya sepanjang masa, bukan masa pilpres atau pilleg doang. Sebab pasar tradisional itu tulang punggung pergerakan perekonomian Indonesia.

Pasar Tradisional sebagai Posko Elit Politik

Marilah kita jadikan pasar tradisional itu memang seksi, seksi sepanjang masa. Bukan seksi saat Pilpres, Pilgub dan Pileg saja. Pasar tradisional yang dikelola dengan baik. Tidak sekadar membuat program bagus untuk pasar tradisional seperti Program Revitalisasi Pasar Tradisional, program pemantauan harga pasar dan lain sebagainya, juga menjadikan pasar tradisional pos, tempat silaturahmi para elit politik, misal Menteri Perdagangan, Menkop dan UKM seminggu sekali sambil ngopi dan memantau segalanya. 

Jika perlu membahas Cetak Bitu Pembangunan Indonesia di Pasar Induk Kramat Jati atau pasar lain, sambil ngopi, seandainya bisa sekompak itu, kan asek.

Jikalau politikus itu baru sekadar main cilukba ke pasar, ayolah kita masyarakat yang melek ini ngopi di pasar sambil membahas pembangunan Indonesia. Ya sesekali membahas seperti apa pembangunan infrastruktur, ekonomi, sosial dan SDM akan dilaksanakan baik jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Jadi bisa menjadi pencerah bagi saudara-saudara kita berpendapatan rendah yang katanya mudah digiring tadi.

Tetapi, bagus juga jika politikus dan elit politik sering ngopi di pasar tradisional. Ada beberapa alasan kenapa pentingngopi di pasar bagi politikus

  1. Menjadi melek akan kondisi yang sesungguhnya. Jadi tahu bagaimana suasana pasar tradisional. Jadi tahu bagaimana progress program revitalisasi pasar tradisional dikelola secara modern sehingga orang ramai-ramai belanja ke pasar tradisional.
    Jadi tahu pete itu bagaimana wujudnya. Tempe itu banyak jenisnya, ada tempe kedelai ori, ada tempe mentega, ada tempe dibungkus daun pisang, ada yang dibungkus plastik dan lain-lain. 
  2. Menjadi melek dengan pergerakan harga pasar dan bagaimana pula pergerakan daya beli masyarakat. Dengan demikian bisa memantau pergerakan ekonomi kerakyatan Indonesia.
    Kalau sudah melek kan bisa lebih logis melontarkan isu ke masyarakat. Dengan demikian akan tahu lebih cepat dimana titik lemah pengelolaan pasar tradisional, termasuk pemantauan harga pasar
  3. Bisa mengukur berapa persen share pertumbuhan ekonomi dari pasar tradisional. Kemudian mulai menyusun strategi jitu bagaimana pasar tradisional menjadi salah satu tumpuan ekonomi kerakyatan. 

Begitulah. Harapannya, ketika misalnya ada Mas Sandi yang guanteng itu bilang tempe sekarang setipis ATM, ya tinggal para menteri yang terkait dan sering ngopi di pasar tradisional itu menjawabnya dengan argumen yang smooth tentang pergerakan harga tempe dan pergerakan daya beli masyarakat. Pergeseran konsumsi masyarakat dan lain sebagainya. 

Apalagi kalau Mas Sandi yang Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia, Ketua YLKI, Bank Indonesia sering membahas inflasi, BPS yang memantau komoditi utama juga sering diajak ngopi bareng di pasar tradisional, pastilah menyenangkan. 

Yuk dukung posko ngopi di pasar tradisional. Sambil memantau harga pete, tempe dan cabe, membahas penekanan inflasi, juga cetak biru pembangunan Indonesia, sebagainya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun