Mohon tunggu...
Claudya Elleossa
Claudya Elleossa Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Pencerita

Seorang ASN dan ibu, yang sesekali mengisi pelatihan menulis dan ragam topik lainnya. Bisa diajak berinteraksi melalui IG @disiniclau

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimana Jika Anakmu di-PHK?

6 Februari 2019   11:09 Diperbarui: 21 Februari 2019   13:42 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia suka membuat kotak-kotak. Misalnya tentang label-label tertentu bukan hanya terhadap sesama, tapi juga dalam mengkategorikan peristiwa di hidup ini. Kita dengan "entengnya" melakukan klasifikasi "ini baik" dan "ini buruk". Sayangnya, harus diakui bahwa pelabelan itu berdasarkan sebuah pemahaman yang tidak utuh.

Sebagai manusia yang terbatas dan memahami sesuatu sepotong demi sepotong, godaan menentukan sebuah peristiwa ini baik dan itu buruk sangatlah mudah. Hanya karena sepotong puzzle berwarna hitam pekan, maka tak berarti keseluruhan gambar merupakan awan kelabu. Saya kemudian teringat cerita ini.

"Suatu kali seorang Raja dan seorang dokter kepercayaannya pergi berburu di hutan. Lalu kaki sang Raja terluka. Raja itu panik dan berkata "Oh that is so bad. So bad" sang dokter merespons tidak sesuai dugaan "good.. bad.. who knows?" Luka di kaki Raja makin parah dan akhirnya terinfeksi bahkan salah satu jari kakinya harus diamputasi. 

Sekembalinya di kerajaan iapun mengeluh "that is so bad. So bad." Sang dokter alih-alih berempati lagi-lagi berkata "good.. bad.. who knows?". Rajapun marah dan memenjarakan sang dokter, dengan anggapan betapa acuh kawannya tersebut.

Selang beberapa waktu, Raja kembali berburu, namun kali ini tidak lagi bersama rekan setianya, sang dokter. Ia kemudian ditangkap oleh sekelompok penduduk adat. Ternyata raja itu hendak dijadikan korban kepada dewa.

Usai melepas sepatu sang raja, sang kepala adat terkaget melihat bahwa calon seserahan kepada dewa hanya memiliki sembilan jari. Sebuah korban yang tidak layak, bagi mereka. Alhasil, raja itu dibebaskan. Ia jadi bersyukur atas insiden luka kaki yang akhirnya menyelamatkan nyawanya.

Ia bergegas ke penjara dan meminta maaf pada sang dokter karena telah menghukumnya. "I'm sorry for the bad thing you must gone through."

"No, that is okay. And actually this is a good thing for me."

Rajapun terheran, mengapa bisa dia dipenjara karena sesuatu yang bukan kesalahannya, lalu masih sanggup berkata demikian?

Sang Dokter mulai menjelaskan "jika saja aku tidak dipenjara maka aku akan ikut berburu denganmu. Ketika ditangkap para masyarakat adat, setelah batal menjadikanmu korban, maka akulah yang akan jadi sasarannya sebab jari kakiku masih utuh sepuluh. Dipenjarakan seperti ini adalah hal baik bagiku."

Rajapun tertawa dan baru menyadari apa arti kalimat kesukaan sang dokter: "good.. bad.. who knows?""

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun