Mohon tunggu...
elisa  setia putri
elisa setia putri Mohon Tunggu... Mahasiswa UNIVERSITAS NEGERI SEMRANG Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Nama saya Elisa Setia Putri Mahasiswa dari UNNES Fakultas Ilmu Pendiikan dan Psikologi, Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menumbuhkan Kreativitas anak lewat karya seni rupa di sekolah dasar

15 Oktober 2025   12:44 Diperbarui: 15 Oktober 2025   21:38 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di era digital saat ini, anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang serba cepat, praktis, dan penuh teknologi. Permainan tradisional mulai tergantikan oleh layar gawai, dan waktu bermain kreatif berkurang drastis. Di tengah perubahan besar ini, pelajaran seni rupa di Sekolah Dasar hadir sebagai ruang penting yang menumbuhkan kembali imajinasi, ekspresi, dan rasa ingin tahu anak.

Sayangnya, banyak orang masih menganggap seni rupa sebagai pelajaran tambahan—pelengkap yang tidak sepenting matematika atau bahasa Indonesia. Padahal, melalui kegiatan seni rupa, anak-anak tidak hanya belajar menciptakan bentuk dan warna, tetapi juga belajar berpikir kritis, berkolaborasi, dan menghargai proses.

Seni Rupa: Bahasa Ekspresi Anak

Seni rupa adalah bahasa universal yang memungkinkan anak mengungkapkan pikiran dan perasaannya tanpa batas kata. Dalam menggambar, menempel, atau membuat patung sederhana, anak belajar mengkomunikasikan ide dan pengalaman yang mungkin belum bisa diungkapkan secara verbal.

Melalui karya seperti kolase dari kapas, bunga kering, atau potongan kertas warna, anak-anak sebenarnya sedang “berbicara” tentang dunianya sendiri: tentang rumah, keluarga, alam, dan cita-cita. Inilah kekuatan seni rupa—membuka jalan bagi komunikasi emosi yang lembut dan alami.

Selain itu, kegiatan seni rupa juga membantu anak mengembangkan kemampuan motorik halus. Saat memegang kuas, menggunting, atau menempel bahan, koordinasi antara mata dan tangan mereka dilatih dengan cara yang menyenangkan. Dari sinilah tumbuh rasa percaya diri bahwa mereka mampu menciptakan sesuatu yang indah dengan usaha sendiri.

Dari Bahan Sederhana Jadi Karya Bermakna

Karya seni rupa di SD tidak selalu membutuhkan bahan mahal. Justru, dari benda-benda sederhana di sekitar seperti daun kering, biji-bijian, kardus bekas, atau kain perca, anak-anak bisa menciptakan karya yang menarik dan penuh pesan.
Misalnya, membuat “Kolase Alam Ceria” menggunakan daun dan kapas untuk menggambarkan pemandangan taman. Selain melatih kreativitas, kegiatan ini juga menumbuhkan kesadaran anak untuk memanfaatkan kembali bahan yang ada di lingkungan, sehingga belajar tentang recycle dan kepedulian terhadap alam.

Di sinilah peran guru sangat penting. Guru seni rupa bukan sekadar mengajarkan teknik, tetapi juga menjadi fasilitator ide. Guru bisa mengajak siswa bereksperimen dengan tekstur, warna, dan bentuk. Anak-anak diajak untuk bebas berkreasi tanpa takut salah. Karena dalam seni, tidak ada jawaban benar atau salah—yang ada hanya ekspresi dan makna.

Pendidikan Karakter Lewat Seni

Karya seni rupa memiliki dimensi moral dan sosial yang kuat. Saat anak-anak membuat karya secara berkelompok, mereka belajar bekerja sama, saling mendukung, dan menghargai perbedaan ide. Dalam proses itulah tumbuh nilai-nilai seperti tanggung jawab, empati, dan toleransi.

Misalnya, dalam proyek membuat mural kelas, setiap siswa memiliki bagian kecil yang harus digambar. Ketika seluruh gambar selesai, hasilnya menjadi satu kesatuan karya besar. Anak-anak belajar bahwa keindahan tercipta dari kebersamaan dan kerja sama.

Selain itu, seni rupa juga menjadi sarana pembentukan karakter sabar dan tekun. Tidak semua karya langsung berhasil. Ada kalanya gambar tidak sesuai harapan atau warna terlihat kurang pas. Dari proses inilah anak belajar menerima kesalahan dan memperbaikinya. Pelajaran ini jauh lebih berharga daripada sekadar nilai di rapor.

Membangun Apresiasi dan Rasa Bangga

Salah satu hal yang sering dilupakan adalah pentingnya memberi ruang apresiasi bagi karya siswa. Ketika sekolah mengadakan pameran seni, anak-anak merasa dihargai dan bangga. Mereka melihat bahwa hasil kerja kerasnya diapresiasi bukan hanya oleh guru, tetapi juga oleh teman dan orang tua.
Kegiatan seperti ini bisa dilakukan sederhana—misalnya membuat “Galeri Seni Kelas” di sudut ruang belajar. Hasil karya digantung rapi, disertai nama pembuatnya. Hal kecil ini dapat meningkatkan motivasi anak untuk terus berkarya dan berani menunjukkan potensinya.

Seni Rupa dan Masa Depan Pendidikan

Dalam konteks pendidikan modern, pembelajaran seni rupa justru semakin relevan. Dunia kerja masa depan menuntut generasi yang kreatif, fleksibel, dan mampu berpikir di luar kebiasaan. Nilai-nilai ini dilatih sejak dini melalui seni.
Anak yang terbiasa berimajinasi dan berpikir kreatif akan lebih mudah menemukan solusi dalam berbagai situasi. Dengan kata lain, seni rupa adalah “laboratorium kreativitas” yang membekali anak menghadapi tantangan zaman.

Sayangnya, di beberapa sekolah, pelajaran seni masih dianggap sekadar hiburan. Waktu belajar terbatas, fasilitas minim, dan guru seni sering harus mengajar lintas bidang. Diperlukan perhatian lebih dari pihak sekolah dan pemerintah agar pendidikan seni tidak tertinggal. Menyediakan alat sederhana seperti cat, kertas, dan ruang pamer bisa menjadi langkah awal yang berarti.

Penutup

Seni rupa di Sekolah Dasar bukan hanya soal menciptakan karya indah, tetapi tentang membentuk manusia yang utuh: cerdas, kreatif, peka, dan berempati. Melalui seni, anak belajar mengenali dirinya dan dunia di sekitarnya dengan cara yang menyenangkan.

Di tengah dunia yang semakin sibuk dan serba cepat, pelajaran seni rupa adalah jeda yang menenangkan—ruang bagi anak-anak untuk bernafas, berimajinasi, dan menjadi diri sendiri.
Karena sejatinya, setiap anak adalah seniman kecil yang sedang melukis masa depannya dengan warna-warna cerah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun