Mohon tunggu...
Elfryanty Novita
Elfryanty Novita Mohon Tunggu... Lainnya - Pegawai BPS Kota Sorong

Suka dengan segala hal berbau analisis data, volunteering, Trainings, Projects, Reading Economics News. Di waktu luang suka mengecek kondisi ekonomi dan pasar saham. Penggemar K-Drama dan slogan hidup adalah" Be good for yoursef before you treat others nicely"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Konsumsi Protein Penduduk Indonesia: Nabati atau Hewani?

24 Agustus 2023   10:30 Diperbarui: 24 Agustus 2023   10:32 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Menurut halodoc,com, protein adalah salah satu zat penting dalam menjaga kesehatan tulang, otot, dan jaringan tubuh. Dikenal dengan nama polystyrene, protein berperan dalam proses pembekuan darah, menjaga keseimbangan cairan tubuh, komponen pembentukan sistem imun tubuh, pembentukan hormon, dan enzim, menjaga kesehatan mata, pengembangan masa dan kekuatan otot, dan masih banyak manfaat lainnya. Sumber protein sendiri terdiri dari protein nabati dan hewani.

            Protein nabati dapat diperoleh dari kacang-kacangan, biji-bijian, tempe, tahu, sayuran, dan lain-lain sedangkan protein hewani berasal dari diantaranya daging ayam, makanan laut, telur, daging merah dan daging organ (jantung, hati dan usus). Tentunya tubuh manusia memerlukan kedua macam protein tersebut.

            Di zaman kini, terdapat fenomena menarik terkait konsumsi protein, yaitu kemunculan kaum vegetarian dan atau vegan. Berdasarkan alodokter, istilah vegetarian merujuk pada gaya hidup seseorang yang hanya mengkonsumsi makanan yang tidak dihasilkan oleh hewan. Sementara vegan adalah salah satu jenis vegetarian yang menerapkan pola makan lebh ketat sehingga disebut sebagai versi ekstrem dari vegetarian.

            Di Indonesia sendiri, berdasarkan penelitian Snapcart pada November 2022 yang melaksanakan penelitian pada 2.378 sampel, sekitar 11% telah menjadi vegetarian dan vegan yang didominasi oleh masyarakat menengah ke bawah. Sementara itu, 26% dari mereka merupakan dominan masyarakat menengah ke atas yang hanya bertahan sebentar dengan gaya hidup tersebut.

Bagaimanakah gaya hidup penduduk Indonesia terkait konsumsi protein?Manakah yang lebih banyak konsumsinya, protein hewani atau nabati?

            Berdasarkan data BPS yang dirilis tahun 2021, penduduk di Jawa Timur memiliki konsumsi tahu tertinggi, yaitu sebanyak 1,08 kg dalam sebulan dan menurun pada 2022 menjadi 1,04 kg, Pada 2021, Penduduk Jawa Timur mengalokasikan uang setiap bulannya sebesar Rp. 8.304,- untuk tahu dan sebesar Rp. 8.450,- untuk tempe. Artinya secara rata-rata, per bulannya penduduk Jawa Timur menghabiskan uang Rp. 8.304,- untuk konsumsi tahu tersebut atau penduduk Jawa Timur di perkotaan mengalokasikan pendapatannya sekitar 0,65% untuk tahu sedangkan di perdesaan penduduknya mengalokasikan pendapatan sekitar 0,92% (pengeluaran rata-rata per kapita per bulan Rp. 1.270.561,-).

            Sementara masyarakat di Yogyakarta paling banyak mengkonsumsi tempe (1,03 kg) dan termasuk konsumsi tertinggi di Indonesia. Secara per kapita, penduduk di wilayah ini mengeluarkan uang sebesar Rp. 8.399,- per bulan untuk konsumsi tempe dan Rp. 7.434,- untuk tahu (total pengeluaran makanan sebesar Rp. 1.403.151,-). Bila dilihat dari proporsi pengeluaran berdasarkan wilayah urban dan desa, penduduk di perdesaan paling banyak mengkonsumsi tahu dan tempe dibandingkan (0,64% pengeluaran untuk konsumsi tempe dan 0,60% untuk tahu) di perkotaan. Namun tahun 2022, justru penduduk Jawa Tengah yang mengkonsumsi tempe paling banyak (0,93 kg).

            Untuk konsumsi protein hewani pada periode 2021, berdasarkan data BPS, penduduk Indonesia banyak mengalokasikan pengeluarannya untuk konsumsi ikan/udang/cumi/kerang (makanan laut) yang mencapai pengeluaran tertinggi di provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Rp. 107.205,- per kapita sebulan), pengeluaran untuk daging ayam ras/kampung tertinggi juga di provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Rp. 35.553,- per kapita sebulan), pengeluaran untuk telur ayam ras/kampung tertinggi di provinsi Kalimantan Utara (Rp. 20.533,- per kapita sebulan), pengeluaran untuk daging sapi tertinggi di provinsi DKI Jakarta (Rp. 11.690,- per kapita sebulan), pengeluaran untuk susu kental manis tertinggi di Sumatera Selatan (Rp. 6.192,- per kapita sebulan).

Sedangkan tahun 2022, penduduk di provinsi Maluku Utara paling banyak mengkonsumsi ikan/udang/cumi/kerang dalam sebulan (3,75 kg), namun justru penduduk Kepulauan Bangka Belitung yang paling banyak pengeluarannya untuk mengkonsumsi ikan dan daging ayam (bahkan per bulan mencapai Rp. 123.880,-). Penduduk di Kepulauang Riau memiliki tingkat konsumsi daging ayam ras/kampung terbanyak dalam sebulan (1,03 kg), namun penduduk Kalimantan Tengah yang memiliki pengeluaran tertinggi dalam konsumsi daging ayam di Indonesia (sebesar Rp. 40.695,- sebulan) serta penduduk di DKI Jakarta paling banyak mengeluarkan uang dalam sebulan untuk konsumsi daging sapi (Rp. 25.582,- per bulan dan konsumsinya sebesar 0,20 kg) dan telur ayam ras/kampung (Rp. 25.050,- dan konsumsinya sekitar 13,67 butir).

            Secara nasional, tahun 2021 rata-rata pengeluaran per kapita penduduk Indonesia untuk konsumsi kacang-kacangan yang merupakan salah satu sumber protein nabati mencapai Rp. 14.480,- per bulan atau sekitar 2,29% dari total pengeluaran makanan yang dialokasikan. Nilai pengeluaran komoditas ini sedikit meningkat pada 2022 menjadi Rp. 15.015,-. Sementara konsumsi ikan/udang/cumi/kerang dialokasikan sebesar Rp. 53.118,- per bulan atau sekitar 8,41%, konsumsi telur dan susu sebesar Rp. 35.510,- per bulan atau sekitar 5,59%, dan konsumsi daging sebesar Rp. 29.907,- per bulan atau sekitar 4,73%. Pada 2022, pengeluaran untuk konsumsi ikan/udang/cumi/kerang meningkat hampir 12%, pengeluaran untuk telur dan susu naik sekitar 8%, dan pengeluaran daging lebih tinggi 14% dibandingkan tahun 2021.

            Secara umum, menurut data BPS tahun 2021 rata-rata konsumsi protein per hari berdasarkan kuintil pengeluaran 1-5 menunjukkan bahwa hanya kuintil pengeluaran 1 dan 2 yang mengkonsumsi protein dibawah standar kecukupan konsumsi protein nasional (57 gram), yaitu sebesar 46,95 gram dan 56,79 gram. Standar WHO untuk kecukupan protein yang direkomendasikan adalah minimum 0,66 g/kg berat badan dalam sehari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun