Dalam sekejap aku telah berhasil melesat menuju rumah pohon yang rindang. Di dalam kamarku yang hangat aku merenung. Berlama-lama.Â
Tepat ketika matahari berada di atas puncak kepala, aku terhenyak. Aku teringat janji Dewi Hera.
Aku memutuskan kembali ke sungai di tepi hutan itu. Aku ingin secepatnya bertemu Narcissus. Aku akan meminta maaf padanya. Sekaligus menyampaikan kabar gembira bahwa kutukan Dewi Hera telah usai.
Tapi di sana---di tepi sungai itu tak kutemukan siapa-siapa. Tak kulihat keberadaan Dewa muda itu kecuali, ya, kecuali seonggok pakaian miliknya dan sekuntum bunga mengambang tenang di atas permukaan sungai.
"Narcissus telah mati." Hera menepuk lembut pundakku. "Ia tenggelam akibat mengejar bayangannya sendiri. Dan, bunga Desember itu adalah reinkarnasinya."
Bunga Desember? Aku tertegun.Â
Gerimis mendadak turun. Langit hutan seketika berubah murung.
Semurung hatiku yang belum sempat menyatakan perasaan pada Narcissus. Cinta pertamaku.
***
Malamg, 04 Desember 2020
Lilik Fatimah Azzahra