"Aku seperti berada di tempat yang tinggi, Suster. Melihat layar putih lebar sekali," oma mengangkat satu tangannya. Mendengar itu saya terpaksa membatalkan keinginan ke kamar mandi. Duduk kembali di kursi, mengelus lembut tangan oma yang keriput, mencoba menenangkannya.
"Tidak ada apa-apa kok, oma. Semua baik-baik saja."
Saya terpaksa mengangguk. Sembari menahan rasa penuh di dalam perut saya.
"Sekarang oma tidur dulu ya. Biar besok tampil cantik kalau diperiksa dokter," saya berusaha membujuknya. Tapi oma menggeleng.
"Tidak bisa tidur, Suster. Ini jam berapa?"
"Masih tengah malam, oma. Pukul setengah dua."
Oma terdiam sejenak. Tapi tiba-tiba beliau berkata lagi "Suster, perutku mules. Pingin pub!"
"Sebentar ya, oma, saya ambil pispot dulu!"
Terjadilah sedikit kesibukan. Saya pun bergegas beranjak menuju kamar mandi. Sekalian pipis dulu. Kemudian balik lagi ke tempat tidur oma.
Tapi sayang oma sudah tidak tahan menahan rasa mulesnya. Belum juga pispot terpasang, beliau sudah pub di pampersnya.