Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengulik Perjalanan Panjang Tradisi Merayakan Tahun Baru

31 Desember 2019   12:22 Diperbarui: 31 Desember 2019   12:32 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: freepik, kiriman Mister Jornei

Tadi pagi-pagi sekali, saat bangun tidur, saya mendapat kiriman pict disertai ucapan Selamat Tahun Baru dari Mister Jornei, teman baik saya yang orang Brazil itu. Sejenak saya mengernyit alis. Tapi kemudian segera sadar. Iya juga. Di sana, di negara Brazil sudah merayakan malam Tahun Baru beberapa jam duluan sebelum di sini. 

Sembari membalas ucapan itu saya sempat berpikir. Duh, siapa sih sebenarnya yang mula-mula punya ide merayakan Tahun Baru ini?

Usut punya usut, setelah mengulik ke sana kemari, ternyata beginilah hal ihwal ceritanya.

Penetapan Tahun Baru Dicanangkan Pertama Kali oleh Paus Gregory XIII

Rekam sejarah tentang Tahun Baru ini diawali dari Kerajaan Babilonia (1696-1654 SM), di mana manusia mulai mengenal almanak hari atau penanggalan. Dan uniknya, mereka mengawali bulan bukan Januari. Melainkan Maret. Perhitungan ini diambil dari penghitungan bulan pertama vernal equinox atau perpotongan lingkaran dan eliptika pada saat bumi belahan utara mengalami musim semi.

Masyarakat Babilonia merayakan kegembiraan menyambut datangnya pergantian tahun dengan menggelar festival Akitu. Semacam pesta panen. Yang dilaksanakan selama 11 hari. Dan gelar pesta ini dimaksudkan untuk menyambut kemenangan atas Dewa Langit terhadap kekalahan Dewa Laut.

Sementara di Romawi untuk menentukan penanggalan dan pergantian tahun masyarakatnya mengandalkan siklus Matahari. Adalah Julius Caesar yang berinisiatif mengubah penanggalan Romawi dengan menambahkan 90 hari dan menjuluki penanggalan tersebut dengan nama Julian Calendar.

Julius Caesar | Sumber; jpnn.com
Julius Caesar | Sumber; jpnn.com
Dari Kerajaan Romawi inilah muncul cikal bakal sistem penanggalan Masehi yang diterapkan di seluruh dunia. Pada awalnya penerapan penanggalan ini diberlakukan hanya 10 bulan dan 304 hari. Baru pada abad ke-8 SM, Numa Pompilius menambahkan 2 bulan, yakni Januarius dan Februarius untuk menggenapi penanggalan menjadi 12 bulan dalam hitungan tahun.  

Kemudian Julius Caesar mencanangkan Janus sebagai bulan pertama. Hal ini dimaksudkan untuk memberi bentuk penghormatan kepada Dewa Janus---dewa bermuka dua, depan dan belakang, yang dipercaya sebagai dewa penjaga dunia.

Dalam upacara penghormatan tersebut, masyarakat Romawi menggelar perhelatan meriah dengan mendekorasi rumah-rumah, bertukar cinderamata, dan menghadiri pesta-pesta.

Selanjutnya di wilayah Mesir, masyarakatnya menandai datangnya pergantian tahun dengan melihat meluapnya Sungai Nil yang dibarengi dengan munculnya Bintang Sirius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun