Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cersil [Bagian 3] | Bunga Tedjakusuma

7 Oktober 2019   07:11 Diperbarui: 7 Oktober 2019   07:32 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: co.pinterest.com/@rainycat25

Cerita Sebelumnya 

------

Bag. 3 

Bunga Tedjakusuma

Sekarang keadaan berbalik arah. Jika sebelumnya Sri Kantil berusaha menolong pendekar tak bernama yang nyaris kehilangan nyawa itu, kini Sri Kantil-lah yang harus segera diselamatkan.

Tubuh gadis itu masih terkulai tak bergerak di dalam pelukan pendekar gondrong itu. Sementara udara malam Lembah Senduro kian menggigit. Suara kumbang yang beberapa waktu lalu riuh saling bersahutan telah berganti dengan suasana hening dipenuhi aroma misteri.

Sekitaran lereng Lembah Senduro memang terkenal masih wingit. Hewan liar masih betah bersemayam di seantero belantara yang jarang dijamah oleh manusia itu.

Berpasang-pasang mata menyala tampak mengintai dari kejauhan. Sesekali mata-mata berkilau nan liar itu saling berpandangan.

Pendekar gondrong semakin erat mendekap tubuh mungil Sri Kantil. Ia belum tahu mesti berbuat apa. Barulah ketika mata elangnya menangkap wajah Sri Kantil yang kian memutih seperti kapas, pendekar gondrong itu mencoba menggerakkan kedua tangannya yang terasa kaku. Diletakkannya tubuh Sri Kantil pelan-pelan di atas tanah. Lalu ia mulai duduk bersila, mengatur napas untuk menghimpun tenaga dalam.

Suara gemuruh seperti tanah longsor mendadak terdengar. Pemuda itu tetap duduk bersila. Ia sama sekali tidak terpengaruh. Ia tetap memusatkan konsentrasinya hanya pada satu titik.

"Bunga Tedjakusuma..." sebuah suara perlahan membisikinya. Pendekar gondrong itu terhenyak. Sontak ia membuka mata dan dilihatnya secercah cahaya berkedip-kedip di atas sebuah batu yang terletak tidak seberapa jauh dari tempatnya bersila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun