Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Child's Play 2019", antara Adegan Sadis dan Pesan Moral yang Ingin Disampaikan

22 Juli 2019   12:22 Diperbarui: 28 Oktober 2020   22:35 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film Child's Play 2019 barangkali saat ini sedang tayang di bioskop kesayangan Anda. Apakah Anda sudah menontonnya? Jika belum, buruan tonton. Temukan sensasi kengerian yang ditampilkan dalam setiap adegan-adegannya.

Film horor yang ditulis oleh Don Mancini dan disutradarai oleh Lars Klevberg ini sejak awal tayang di tahun 1988 memang telah berpeluang mendulang sukses. 

Tidak saja di pasaran Amerika Serikat tempat film ini dibuat, namun hampir di seluruh dunia. Itu pula yang kemudian mendasari film bergenre horor ini dibuat kelanjutan atau sekuelnya.

Terhitung sejak tahun 1988 hingga kini sudah ada 7 sekuel film bertajuk Child's Play ini. Dari Child's Play 2, Child's Play 3, Bride of Chucky, Seed of Chucky, Curse of Chucky, Cult of Chucky dan yang terakhir rilis adalah Child's Play versi remake dari film Child's Play 1988.

Daya Tarik Film Child's Play
Boleh dibilang sejak awal film ini dibuat, Chucky sepertinya sengaja dirancang bukan sekadar film horor yang menampilkan misteri ala hantu-hantuan atau mahluk astral tak kasat mata, yang datang menakut-nakuti penonton seperti film-film horor kebanyakan. 

Film Chucky dibuat lebih dari itu. Antara lain di setiap tayangannya dipastikan adegan kengerian selalu ditampilkan secara maksimal sebagai salah satu ciri khas yang membedakan film Chucky dengan film horor lain.  

Pada tayangan perdana di tahun 1988, film Child's Play sudah mencuri hati penonton. Dengan memasang aktor kawakan seperti Chris Sarandon yang didapuk menjadi Mike Norris--seorang detektif, dan Brad Dourif yang memerankan Charles Lee Ray--seorang penjahat yang memiliki ilmu hitam voodoo, membuktikan bahwa film ini digarap secara serius, tidak main-main.

Adalah seorang Charles Lee yang akhirnya terbunuh di tangan Mike Norris di sebuah toko mainan anak. Charles Lee yang belum mau mati kemudian memindahkan ruhnya ke dalam tubuh boneka Chucky. Charles berharap Cucky akan melanjutkan balas dendamnya terhadap Mike. 

Kemunculan Chucky yang gemar membunuh menjadi teror yang sangat menakutkan di mana-mana. Melalui tangan Chucky, arwah Charles Lee secara sadis dan brutal menghabisi nyawa banyak orang.

Sumber: mediastinger.com
Sumber: mediastinger.com
Sejak itulah boneka Chucky tampil sebagai boneka pembunuh paling ditakuti. Ia menghujamkan pisau tajam di dada atau perut korbannya secara membabi buta, menyayat jantung orang-orang yang dibencinya hingga darah muncrat ke mana-mana.

Memecahkan kepala musuhnya dengan gir atau pentungan yang membuat isi kepala si pemilik berhamburan, atau menggilas tubuh korban dengan traktor, dan masih banyak kengerian lainnya yang membuat jantung penonton terlonjak-lonjak. 

Dan kengerian yang disuguhkan inilah yang akhirnya menjadi daya tarik tersendiri bagi penayangan film Child's Play ini.

Bobot Timbang antara Sadisme dan Pesan Moral yang Ingin Disampaikan dalam Film Child's Play 2019
Pada film terbaru Child's Play 2019, yang notabene adalah hasil remake film yang sama di tahun 1988, di awal menikmati tayangannya, saya sempat bertanya-tanya dalam hati. Apa yang bisa saya peroleh usai menonton film horor ini nanti? Apakah film ini sekadar menampilkan kecanggihan efek-efek sinematografi era milenial sebagai hiburan semata?

Ternyata tidak. Di kisaran menit-menit kesekian, ketika tokoh Karen bercakap-cakap dengan anaknya, Andy, saya menemukan nyaris semua jawabannya. Kiranya dari sinilah, dari percakapan antara ibu dan anak itulah sebenarnya pesan moral film tersebut perlahan mulai disampaikan.

Saya narasikan adegan singkatnya di sini, ya. 

Karen adalah seorang ibu tunggal yang sibuk bekerja sehingga nyaris tidak memiliki waktu untuk menemani anak semata wayangnya yang memiliki keterbatasan pada pendengarannya. Andy pun merasa kesepian dan menghabiskan waktunya di kamar dengan berbicara sendiri atau bermain dengan tokoh-tokoh kartun imajinasinya.

Dalam percakapan hari itu Karen meminta Andy untuk keluar rumah menemui teman-teman sebayanya. Karen juga menjanjikan akan membelikan hadiah mainan untuk Andy pada perayaan ulang tahunnya nanti agar anaknya itu tidak kesepian di rumah.

Sebuah potret kejadian sehari-hari yang sekilas tampak sepele. Seorang ibu yang sibuk dan seorang anak yang kesepian.

Sumber: monstersandcritics.com
Sumber: monstersandcritics.com
Sindiran halus inilah---jika kita termasuk golongan orang-orang yang peka, sungguh amat sangat menohok. Berapa banyak orangtua yang sudah bersikap seperti Karen? Berapa banyak dari diri kita yang lebih mempercayakan pertumbuhan anak-anak kepada benda mati yang seakan-akan mampu menggantikan peran kita sebagai orangtua?

Tidak terhitung.

Pesan moral itulah kiranya yang hendak disampaikan oleh para pesohor dunia perfilman di Amerika sana melalui film Child's Play ini.

Terlepas dari adegan sadisme yang mengiringi adegan demi adegan di sepanjang tayangan film ini, ada satu hal yang patut direnungkan. Semoga usai menonton film ini Anda sependapat dengan saya.

Bahwa tidak selayaknya anak-anak tersayang dibiarkan mengabdi atau menjadi budak kecanggihan teknologi. Bagaimanapun juga kehadiran orangtua di antara anak-anak adalah momen paling berharga dari apapun. Mempercayakan tumbuh kembang anak-anak titipan Tuhan pada mainan semacam robot, boneka atau gadget bukanlah keputusan yang bijaksana. 

Seperti pesan moral dalam film Chucky kali ini. Hati-hati dengan mainan anak-anakmu. Bisa jadi suatu saat ia akan menjelma menjadi pembunuh paling sadis di dunia!

***

Malang, 22 Juli 2019

Lilik Fatimah Azzahra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun