Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cermis | Bukan Boneka Chucky

14 Juli 2019   03:53 Diperbarui: 14 Juli 2019   04:09 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:http://dailyactive.info

"Kenapa harus takut? Ini bukan boneka Chucky, Anna!" Mom melempar boneka berambut pirang itu tepat di hadapanku. Aku menggigil. Napasku tersengal. Dan dadaku berdegup kencang.

Sesaat aku memberanikan diri mengamati boneka yang mengenakan gaun berwarna pink mengkilat itu. 

Mom benar. Boneka itu bukan boneka Chucky yang menyeramkan. Ia boneka cantik dengan penampilan sempurna. Hidungnya mancung. Bibirnya mungil indah. Kulitnya mulus. Tak ada cacat sedikit pun. 

Kecuali--ya, kecuali kedua lubang di bawah alis yang dibiarkan kosong tanpa bola mata.

"Mom, bolehkan aku menolak hadiah boneka ini? Aku mengidap pediopobhia," aku berusaha menjelaskan pada Mom. Tapi Mom sepertinya tidak mendengarku. Ia hanya menggerak-gerakkan ujung telunjuknya seraya berkata, "Happy birthday, Anna!"

Lalu, blam! 

Mom menutup pintu kamarku dari luar. 

***

Namaku Anna. Lengkapnya Anna Marry. Hari ini usiaku menginjak 13 tahun. Angka yang dianggap oleh sebagian orang sebagai angka sial.

Dan memang, aku benar-benar mengalami kesialan itu. 

Mendapat hadiah boneka di usia yang beranjak remaja, bukankah itu suatu kesialan? Mengapa Mom tidak memberiku hadiah kunci mobil seperti yang dilakukan oleh kedua orangtua Judith saat ia merayakan pesta ulang tahunnya yang ke-13? Atau menghadiahi seperangkat alat-alat kosmetik sebagai pertanda bahwa aku bukan anak kecil lagi? 

Ah, tentu saja Mom tidak akan melakukannya. Mom lebih menaruh perhatian pada lelaki muda itu. Edward. 

Aku baru saja membuka daun jendela kamar, bermaksud menghirup udara sore yang segar ketika laki-laki bernama Edward itu melintas di halaman samping rumah. Ia tampak berjalan tergesa-gesa. 

"Hai, Anna!" tegurnya begitu melihat aku tengah berdiri mengawasinya.

"Hai, Ed!" aku melambaikan tangan. Dan itu membuat Ed berjalan mendekati jendela kamarku.

"Kudengar kau berulang tahun hari ini. Bolehkah aku ikut mengucapkan selamat?" Ed tersenyum manis seraya menyodorkan rangkaian bunga yang cantik. Tentu saja ini merupakan kejutan besar bagiku. Mendapat ucapan selamat dan kado istimewa dari seorang Ed, yang selama ini kukira adalah laki-laki muda angkuh, yang hanya mencurahkan perhatiannya pada Mom seorang. 

"Thanks, Ed!" aku menyahut riang sebelum sebuah tangan menarik rambutku dengan kasar hingga tubuhku nyaris terjengkang ke belakang.

Mom.

Ia memergoki kami--aku dan Ed sedang bertukar senyum.

"Kau tidak boleh melakukannya lagi, Anna! Itu sama sekali tidak sopan. Kau harus menghormati Ed sebagai calon ayahmu!" Mom memarahiku habis-habisan. Lalu merampas rangkaian bunga di tanganku.

Dan aku hanya bisa tertegun diam.

***

Entah sudah berapa lama aku meringkuk di atas tempat tidur yang berantakan. Mungkin lebih dari dua jam sejak Mom mengunci pintu kamarku dari luar.

Tak ada yang bisa kulakukan kecuali membaca koleksi buku-buku tua. Dan kuakui, itu sungguh sangat membosankan. 

Di kisaran pukul tujuh malam, kudengar suara mesin mobil menderu. Mom dan Ed. Mereka baru saja meninggalkan rumah. Meski Mom tidak pamit padaku tapi aku tahu kemana mereka akan pergi. Mereka akan melakukan dinner party di sebuah rumah makan mewah. Mereka memang selalu melakukan hal itu di setiap akhir pekan.

Seperti biasa aku ditinggal sendirian. Ya, sendirian. Hanya ditemani oleh setumpukan buku-buku tua dan--boneka berambut pirang yang tidak memiliki bola mata itu.

Menurutmu, apa yang bisa dilakukan oleh seorang gadis yang kesepian di dalam kamarnya sepanjang malam?

Telekenesis!

Yup, aku mempunyai kemampuan itu.

Aku segera merapikan posisi dudukku. Mengatur napas lalu mulai memfokuskan jalan pikiranku.

Pada menit kesekian, mendadak aku dikagetkan oleh sesuatu. Boneka berambut pirang itu. Betty, yang sejak kemarin kusimpan di dalam kopor tua dengan resleting terkunci rapat, tiba-tiba sudah terlentang di hadapanku.

"Ka-u?" suaraku gagap. Keringat dingin mengucur deras dari kedua telapak tangan dan keningku.

Aku semakin menggigil ketika beberapa orang polisi datang mendobrak pintu kamarku.

"Ada berita buruk, Nak. Mobil yang dikendarai ibumu dan kekasihnya, Edward, mengalami kecelakaan," salah seorang dari polisi menyentuh lembut pundakku.

Sebelum mengikuti langkah orang-orang berseragam itu meninggalkan kamar, aku sempat melirik ke arah Betty yang masih tergeletak di atas tempat tidur.

"Anna, aku telah melakukan semua yang kau perintahkan melalui kekuatan pikiranmu. Mencelakai Mom dan kekasihnya. Kini saatnya aku menerima imbalanku," boneka berambut pirang itu beranjak bangun dan menyeringai. Kedua lubang matanya yang semula kosong, mendadak terisi. Terbelalak lebar. Menyorotkan sinar kebengisan.

Seketika aku meraba kedua bola mataku. 

Hilang! Hanya menyisakan darah kental berbau anyir.

***

Malang, 14 Juli 2019

Lilik Fatimah Azzahra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun