Pagi ini masih seperti kemarin. Menyisakan wangi embun aroma jasmin. Di jendela itu, aku masih berdiri termangu. Menggenggam erat cawan-cawan berisi candu rindu.
Langit di atas sana juga masih seperti kemarin. Masih setia mempersembahkan warna biru aquamarine. Biru lembut simbol kepercayaan. Atas jejak-jejak harap yang kautinggalkan.
Bahwa kelak engkau pasti datang. Menjemputku. Menghiasi rambutku dengan mahkota kembang sepatu.
Matahari pun masih seperti kemarin. Memancarkan cahaya kuning eburnean. Lembut, hangat dan bersahaja. Menyiratkan betapa cinta akan senantiasa terjaga kemurniannya di tangan para si empunya cinta.
Seperti larva berhibernasi di musim dingin. Untuk nanti tiba saatnya membebaskan diri dari mimpi-mimpi dan segala ingin.
Hati ini masih seperti kemarin. Masih sibuk memainkan simfoni tiga perasaan. Adagio sostenuto, allegretto, presto agitato. Kau pasti tahu itu, bukan? Sebab aku yakin hanya hadirmu mampu menenangkan.
Baik-baiklah kau di sana, sayang.Â
Seperti senja yang tak pernah jengah menunggu pipi-pipinya dilabur dan dibakar rona jingga.
***
Malang, 19 Februari 2019
Lilik Fatimah Azzahra