Ketika api cinta mulai meredup. Pergilah berdua ke pesisir pantai. Ambil segenggam pasir. Bicaralah pada setiap butirannya. Katakan, bahwa kalian masih saling menjaga perasaan.
Ketika gurat cinta mulai memudar. Pergilah ke sebuah taman. Satukan jemari tangan. Tangkuplah bunga- bunga yang sedang mekar. Katakan pada setiap kelopaknya. Bahwa, kalian masih saling membutuhkan.
Ketika hati kekasihmu mulai berpaling. Seduhlah kopi di dalam cangkir kenangan. Taburkanlah sedikit gula. Lalu bergantian, seruputlah! Jika kekasihmu tersenyum sembari berkata, ini kopi ternikmat di dunia. Ciumlah kedua pipinya. Itu pertanda hatinya masih terjaga untukmu. Buanglah jauh segala bimbang dan juga ragu.
Tapi jika kekasih bermasam muka. Kopi dirasa berasam cuka. Itu menunjukkan hatinya telah terbawa. Oleh yang lain. Dan kau harus rela melepasnya, tentu saja dengan hati dan kepala dingin.
Lalu, andai benar kekasihmu memilih pergi. Usah berduka atau bermuram durja. Bukalah lebar-lebar pintu dan jendela. Biarkan mentari dan angin hadir. Menghangatkan serta menyejukkan segenap pikir. Jangan pernah berpatah arang. Yakinlah! Kekasih yang hilang kelak akan tergantikan.
***
Malang, 07 Desember 2018
Lilik Fatimah Azzahra