Dada Iriana sesak serasa hendak meledak. Mengalahkan bunyi sirine mobil yang meraung-raung. Belati di tangannya terjatuh, berdenting di atas lantai yang dingin. Darah berceceran menggenangi ujung kakinya yang tak beralas.Â
Beberapa saat lamanya Iriana berdiri terpaku dalam diam. Bagai patung. Bahkan ketika dua orang petugas berseragam melompat turun dari mobil dan memborgol kedua tangannya, ia masih saja bergeming.
Dan dua petugas dari kepolisian itu terpaksa mendorong tubuh mungilnya masuk ke dalam mobil.
***
Di Rumah Tahanan Sementara
Saat melewati koridor panjang menuju sel tempat di mana ia harus menginap, Iriana memergoki beberapa pasang mata nanar mengawasinya.
"Selamat datang di hotel prodeo paling indah di dunia ini, cantik! Kuharap kau betah tinggal sekamar denganku," seorang perempuan berambut cepak dengan tubuh gempal menyambutnya. Pintu berjeruji di hadapannya berderit.
"Maya. Kuharap kau tidak membuat masalah dengan orang baru ini," petugas berseragam yang mengawal Iriana memberi peringatan. Beberapa perempuan yang tinggal di sel tak jauh dari bilik nomor 13 itu, tertawa. Lalu bersorak sorai.Â
Tawa dan sorak sorai itu sontak membuat Iriana tersadar.Â
Ia baru saja memulai satu fase lagi. Mimpi buruk!
***
Iriana meringkuk di pojok ruangan. Tiba-tiba saja ia ingin menangis. Tapi menangisi apa? Dan untuk siapa?
Mendadak ia berdiri. Dengan gerakan tak beraturan tangannya mulai membentur-benturkan kepalanya pada dinding sel yang kusam
"Jangan bertindak bodoh!" pemilik tangan gempal gegas menarik pundaknya. Iriana sontak menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"Kau tidak tahu apa yang sudah aku lakukan, Maya!" tubuh Iriana berguncang hebat. Lalu menggelosoh, kembali meringkuk di tempatnya semula.Â
"Memang apa yang sudah kau lakukan? Membunuh? Mencopet? Melacur? Hah, apa kau kira kami penghuni rumah tahanan ini adalah orang-orang suci? Begitu? Dengar, Iriana. Lihat aku!" tangan gempal itu masih mencengkeram pundaknya.
Iriana mengangkat wajahnya perlahan.
"Aku..."Â
Iriana tidak melanjutkan kalimatnya.Â
Sebab tahu-tahu Maya Lucinta mendaratkan satu ciuman hangat di bibirnya.
Bersambung...
 Â
***
Malang, 07 Desember 2018
Lilik Fatimah Azzahra