Ini perihal perjanjian. Yang diucapkan langit kepada bumi. Tadi malam. Disaksikan bulan purnama. Tentang bersatunya sebuah cinta.
Ini perihal kesepakatan. Untuk saling menemukan. Bukan meninggalkan. Berdua menjumputi serpih-serpih bara yang tersisa. Meleburnya dalam satu wadah. Lalu bersama-sama menyentuhnya. Merasakan sisi kehangatannya.
Ini tentang taklik cinta. Langit telah menyatakan janji. Dan bumi ikhlas menjadi saksi. Bahwa sejauh apapun jarak. Jika cinta sudah berkehendak. Tak seorang jua mampu mengelak.
Aku mencintaimu, dengan cara-cara gilaku. Yang tak dimengerti oleh siapa pun. Selain olehmu. Kata langit kepada bumi lewat nyala puisi yang berapi-api.
Aku menerima cintamu, dengan segala keterbatasanku. Yang tak dipahami oleh siapa pun. Kecuali olehmu. Balas bumi kepada langit dengan senyum sepenuh mahfum.
Malam sengaja lamban beranjak. Panggung langit dibiarkan tetap semarak. Purnama tak hendak bergerak. Ia masih ingin berdendang. Melantunkan tembang yang hanya diperuntukkan. Bagi para pecinta yang memiliki cinta tak tertanggungkan.
***
Malang, 25 September 2018
Lilik Fatimah Azzahra