Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Bersamamu, Kata Menjelma Menjadi Kalimat

19 Agustus 2018   20:50 Diperbarui: 19 Agustus 2018   22:15 1386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Pixabay)

Senja.

Aku baru saja membakar senja. Melabur pipinya yang jingga menjadi hitam berjelaga. Kuakui. Aku bosan dengan warna senja yang itu-itu juga. Aku ingin senja yang lain. Senja yang hangat tak lagi dingin.

Matahari.

Aku baru saja menjaring matahari. Melucuti biasnya yang warna warni. Menabur cerlangnya pada sisi sayap kunang-kunang. Kusadari. Sejak kau pergi, tak ada lagi suluh yang memanduku. Aku sendiri. Tertatih menyusuri tepian waktu. 

Hujan.

Baru saja aku menegur hujan. Memintanya agar tidak mendramatisir keadaan. Biar saja sedih mengalir sampai ke hilir. Atau luka bebas mencari sendiri penawarnya. Usah diantar dengan kecemasan. Apalagi sampai menggelar konser sedu sedan.

Kata.

Aku baru saja menjumputi kata-kata. Yang tercecer di sepanjang pematang rasa. Kujalin mereka menjadi untai kalimat tak bersekat. Bermula dari senja yang pekat menuju matahari yang pucat, dan berakhir pada hujan yang teramat sulit ditaklukan. 

Lantas untuk apa engkau masih mempertanyakan--tentang syair yang tetiba sudah saling bertautan.

***

Malang, 19 Agustus 2018

Lilik Fatimah Azzahra

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun