Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lelaki Tua dan Seekor Kucing

1 April 2018   07:04 Diperbarui: 1 April 2018   10:10 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : www.pinterest.com

Joana. Entah siapa yang memberiku nama seperti itu. Aku tak seberapa memedulikannya. Yang lebih kuperhatikan adalah, beberapa hari ini aku tinggal di sebuah rumah yang dihuni oleh seorang lelaki berusia tujuhpuluhan. Lelaki tua itu memiliki tiga orang anak yang sudah berumah tangga. Mereka tinggal terpisah. Saling berjauhan. 

Aku masih ingat, sekitar seminggu lalu, salah seorang dari mereka---anak perempuan lelaki tua itu  membeliku melalui media  online  shop  tanpa menawar. Lalu seorang kurir pengiriman barang mengantarku ke rumah besar itu. Mempertemukanku dengan sosok renta yang saat membukakan pintu wajahnya terlihat kuyu dan sangat kesepian. 

"Semoga Bapak senang," ujar kurir yang mengantarku sebelum pamit pergi.

"Terima kasih. Tentu saja aku senang," lelaki tua itu menyahut seraya mengangkat tubuhku. Dengan langkah sempoyongan ia kembali menutup pintu kemudian membawaku duduk di ruang tamu. Ia menidurkanku di atas pangkuannya.

"Kalau Hani tahu ada kau di sini, ia pasti akan berteriak-teriak heboh. Hani tidak suka kucing," lelaki tua itu bicara sendiri. Aku tidak tahu siapa Hani. Tapi aku gembira tuanku yang baru itu mau bicara banyak padaku. Maka dengan suka cita aku segera menjilati punggung tangannya. Sebagai ungkapan bahwa aku sangat menyukainya.

"Meski Hani tidak suka kucing, tapi ia sangat baik. Sangat penyayang. Ia hanya trauma karena pernah berurusan dengan seekor kucing kampung yang tiba-tiba mencakar kakinya," lelaki tua itu kembali berceloteh tentang sosok Hani. 

"Sayang sekali Hani sudah tidak berada di sini lagi," suara laki-laki itu berubah sedih. Aku kasihan padanya. Kujilati sekali lagi punggung tangannya yang keriput. Kali ini aku melakukannya agak lama.

Kalau sore ini tiba-tiba saja ia membawaku pergi lalu menyerahkanku pada seseorang, sungguh aku sangat terkejut. Lebih terkejut lagi ketika lelaki tua itu menyebut dengan jelas siapa nama tuanku yang baru. 

"Kau akan senang tinggal bersama Hani," bisiknya di telingaku.

"Boleh aku tahu mengapa mereka---anak-anakmu memberimu hadiah seekor kucing?" perempuan bernama Hani itu menatap lelaki tua yang duduk di sebelahnya sembari mengelus punggungku.

"Mereka kan anak-anakmu juga, sayang. Masa kau lupa?" lelaki tua itu tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun