Renata. Yup! Nama itu tiba-tiba saja terlintas dalam pikiranku. Ya, hanya dia satu-satunya yang bisa kuharapkan.
Aku tidak ingin membuang-buang waktu. Segera kuraih ponselku.
"Renata? Bisa datang kemari sekarang juga?"
"Saya sedang di luar kota, Miss."
"Please, Rena! Ini darurat!" aku berseru gugup. Pembicaraan mendadak terputus.Â
Aku tidak berani menatap bayangan Bryan. Aku mulai putus asa.Â
"Miss.Lis. Maaf saya terlambat datang."
Renata.
Ia---tahu-tahu sudah berdiri di belakangku.
"Rena! Ini aku, Bryan!" bayangan Bryan bergerak-gerak mendekati Renata.
"Jangan ribut begitu, Bry. Tenanglah. Kau bisa mengacaukan konsentrasiku. Aku mesti mengingat beberapa mantra untuk bisa membebaskanmu," Renata mengangkat kedua telapak tangannya. Bibirnya berkomat-kamit, lalu terlihat asap putih berpendar mengelilingi sekitarnya.