Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Aku Jatuh Cinta pada Mayu

12 Oktober 2017   06:12 Diperbarui: 12 Oktober 2017   14:12 1831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Akvis.com

Ya---aku jatuh cinta padanya. Pada Mayu. Ia perempuan cantik dan lembut. Memiliki senyum yang menawan sekaligus menenangkan. Jauh berbeda dengan istriku yang lebih sering menunjukkan wajah memberengut serta banyak menuntut. Mayu tidak seperti itu. Ia lebih banyak mendengarkanku, memahami keluh kesahku. Itu yang sangat aku suka darinya.

Aku ini seorang laki-laki berumur. Suami yang telah lama kehilangan bahagia. Aku tidak lagi mendapat perhatian dari orang-orang terdekatku, bahkan dari istriku sendiri. Itulah sebab, ketika melihat Mayu untuk pertama kali, aku langsung jatuh cinta.

Apakah aku salah?

Mayu usianya masih belia. Mungkin selisih puluhan tahun dibanding umur istriku. Tubuhnya masih ranum. Wajahnya masih kencang. Belum berhiaskan kerut merut.

Ia suka berdiri menatapku, setiap pagi--- atau menjelang sore saat aku berangkat dan pulang dari kerja. Dari balik kaca toko ia suka mengintipku, memamerkan senyumnya yang manis. Dan aku selalu menyempatkan diri menghampirinya meski hanya beberapa menit. Menyentuh lengannya yang halus, meremas jemarinya atau sekadar menatap matanya yang bening.

Seperti sore itu ia sudah menungguku, di tempat yang sama.

"Aku ingin bercerita banyak padamu, Mayu," aku berdiri di sampingnya. Mayu mengangguk. Ia memang begitu, selalu mengangguk setiap kali aku menyampaikan hal-hal yang mengganjal dalam pikiran atau hatiku. 

Kukatakan sekali lagi, Mayu berbeda jauh dengan istriku.

"Sebaiknya kita mengobrol sambil minum kopi," aku membimbingnya menuju pojok toko. Ada dua kursi dan satu meja kecil di sana. Kami duduk berhadapan.

"Semalam kami bertengkar lagi. Istriku, entah mengapa akhir-akhir ini pemarah sekali. Mungkin efek baru melahirkan? Kukira tidak, dulu usai melahirkan anak pertama dan anak kedua, ia baik-baik saja." Aku mulai bercerita. Lebih tepatnya curhat. Mayu diam mendengarkan.

"Dan yang lebih parah, ia menolak tidur bersamaku. Kau tahu, Mayu? Penolakan istri bagi seorang suami adalah suatu penghinaan. Dan penghinaan itu akan berbuah keengganan. Aku---jadi enggan menyentuh istriku," kukira Mayu mulai paham apa yang kumaksudkan. Kulihat senyumnya kian mengembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun