Mohon tunggu...
Ivy Ratnacitta
Ivy Ratnacitta Mohon Tunggu... Mahasiswa - secarik tulisan

Je suis ce que je suis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hidup Merantau di Tengah Pandemi

12 Juni 2021   11:00 Diperbarui: 12 Juni 2021   11:03 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nantou, Taiwan (Dokpri)

Pandemi yang telah berlangsung selama hampir dua tahun terakhir ini belum terlihat akan selesai dalam waktu dekat. 

Hal ini tentu saja tidak hanya mengganggu perputaran ekonomi masyarakat di seluruh dunia, tetapi juga mengganggu hidup orang-orang, baik para pelajar maupun para pekerja yang hidup merantau di negeri asing. 

Lantas, apa tantangan-tantangan yang bermunculan bagi orang-orang yang hidup merantau?

Bagi kamu sang perantau, kamu pasti tahu susah mudahnya mengatasi “homesick” yang bisa muncul tanpa melihat waktu dan tempat. Di era pandemi ini, untuk sebagian perantau perasaan rindu akan tanah air dan keluarga menjadi tantangan yang sangat besar. 

Pilihan untuk terus berjuang, baik untuk menyelesaikan pendidikan ataupun mencari nafkah atau untuk kembali ke tanah air menjadi dilema yang terus bermunculan setiap harinya. Rasa khawatir akan kondisi keluarga dan situasi di tanah air yang tidak kerap membaik semakin membuat rasa dilema ini terus hadir. 

Pada akhirnya, ada yang memutuskan untuk berhenti berjuang dan kembali ke tanah air, dan ada pula yang memutuskan untuk terus beradu nasib ditengah kerasnya kehidupan.

Tidak berhenti disitu, sulitnya mencari dan mendapatkan pekerjaan menjadi tantangan lain bagi para perantau. Sebelum terjadinya pandemi, mencari pekerjaan yang sesuai di negara asing, meskipun banyak peluang yang bisa dicari dan didapatkan, sesungguhnya tidak semudah yang dipikirkan oleh banyak orang. 

Hal ini diperburuk dengan adanya pandemi, dimana perusahaan-perusahaan mulai mengurangi tenaga kerja yang dibutuhkan sehingga membuat persaingan antara orang lokal dan asing menjadi semakin ketat. 

Hal ini menyebabkan pekerja-pekerja berpikir dua kali lipat bagaimana cara memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apakah terus berjuang menjadi cara yang paling baik atau kembali ke tanah air merupakan pilihan yang harus dipilih.

Pelajar yang merantau, baik karena mendapatkan beasiswa maupun dengan biaya sendiri, memiliki nasib yang sama dengan para pekerja. Dengan diberlakukannya kelas jarak jauh dan pembatasan sosial, para pelajar yang pada awalnya suka mencari pekerjaan paruh waktu untuk mendapat uang jajan lebih, perlahan-lahan kehilangan pekerjaannya. 

Hal ini menimbulkan kesulitan untuk para pelajar bertahan dengan hanya mengandalkan uang yang diberikan oleh orang tua. Mereka pun akhirnya harus memutuskan untuk berhemat atau kembali ke tanah air.

Rasa sepi juga menjadi tantangan lainnya yang dihadapi oleh para perantau. Sebelum pandemi tejadi, banyak perantau yang mengikuti berbagai macam komunitas dan aktivitas sosial lainnya. Bagi anak-anak rantau, mengatur kegiatan yang mereka lakukan setiap harinya merupakan salah satu cara menghilangkan rasa hidup seperti sebatang kara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun