Mohon tunggu...
Muhamad Mahpudin
Muhamad Mahpudin Mohon Tunggu... -

Be like Bee

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Durhakakah Kita?

1 April 2014   05:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:14 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Masa disaat kita masih menjadi anak yang lucu adalah masa yang tidak pernah kita dapat lupakan, banyak masa-masa yang jika kita mengingatnya saat ini kita merasa bodohnya kita melakukan hal tersebut, terkadang  kita berfikir kenapa saya bisa yah melakukan hal konyol tersebut, dan masih banyak lagi hal yang menjadi kenagnan yang tidak pernah dapat kita bisa lupakan.

Masa itu adalah masa dimana kita selalu merasa sangat dekat dengan orangtua kita, meereka selalu setia mendengarkan semua cerita yang kita dapatkan hari ini, tentang semua hal, mereka tidak pernah mengatakan "cerita mu itu tidak enak utntuk didengarkan nak" mereka tidak pernah mengatakan "ayah, bunda sedang lelah nak, besok saja yah ceritanya" tidak sama sekali kalimat tersebut terlontar dari mulut mereka, mereka tetap setia mendengarkan cerita-cerita yng kita alami setiap harinya, tidak mengenal rasa lelah, tidak mengenal rasa bosan, dll. itu semua karena mereka sangat sayang kepada kita.

Tiba saat kita sudah mulai beranjak dewasa, saat dimana kita sudah mengenal pergaulan dan teknologi, saat dimana kita sudah mengenal dunia luar yang begitu bebas, inilah saat kita mulai mengepakkan sayap kita untuk terbang tinggi melaang untuk menggapai impian. kini bukan cerita-cerita konyol lagi yang kita daptkan, melainkan cerita tentang masalah yang membuat kita tegar untuk menjalani kehidupan.

akan tetapi, saat dewasa kita telah melupakan satu hal penting yang selalu kita lakukan dalam kehidupan kita sejak kecil, ada satu saat dimana kita merasa sangat dekat dengan orangtua, perkembangan dunia tekhnologi telah mengahapus kebiasaan tersebut, pergaulan bebas yang kita jalani telah memawakan warna berbeda dalam kehidupan kita dan meluapakan hal tersebut, puberitas telah menutup hati kita untuk melakukan hal tersebut.

1 hal tersebut adalah berbagi cerita terhadap kedua orangtua, saat dewasa kita ternyata lebih senang berbagi cerita kepada "kekasih", pergauan telah merubah diri kita, kita merasa lebih nyaman untuk enceritakan semua maslah tersebut kepada "kekasih". kita telah melupkan kesetian mereka untuk mendengarkancerita kita, padahal  mereka sangat menantikan masa-masa tersebut terulang, mereka merndukan cerita-cerita kita, mereka merindukan saat kebersaaa ita untuk bebragi cerita, ini.. kita hanya menghubungi mereka disaat kita butuh saja, ketika jarak memisahkan kita dengan mereka, kita tidak banayak meluangkan waktu kita untuk mereka, kita lebih sering meuangkan eaktu untuk sang kekasih, menghubungi merekapun hanya disaat kita mwmbutuhkan nya, kita lebih sering menghibungi sang kekasih yang belum pasti kesetiaannya.

kini, kita hanya menghubungi mereka "ayah/bunda, bisa isikan pulsa aku? pulsanya sudah habis bunda, ayah/bunda gimana kabarnya? oh, ia yah/bun jangan lupa yah, aku belum bayar SPP dan uang bulanan ku sudah habis" hanya sebatas itu kita menghubungi mereka, padahal mereka sangat menantikan saat-saat kita menceritakan semua hal yang terjadi. subhanallah... Durhakah kita??


mari kita perbaiki diri kita.
salam manis, El_Dhieneza.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun