Kamis 16 Juli 2020, Aliansi Gerakan Buruh Untuk Rakyat melaksanakan aksi besar di depan gedung DPR untuk menolak pengesahan Omnibus Law Cipta Kerja. Di antara masa buruh terselip masa mahasiswa dari berbagai kampus, tidak hanya di Jakarta namun juga berbagai kota-kota besar lainnya di Indonesia [Saya juga mau ikut, tapi protokol kesehatan rumah saya agak jadi ya tidak bisa heheh].
Tentu hal tersebut menimbulkan pertanyaan, apa sih yang dipermasalahkan mahasiswa?Â
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya mencoba merangkum kajian dari berbagai kampus di Indonesia baik yang dibuat oleh Badan Eksekutif Mahasiswa maupun organisasi mahasiswa lainnya. Jawaban singkatnya, banyak, saking banyaknya yang diatur RUU Cipta Kerja kritik yang bermunculan juga sangat banyak.
Tidak seperti beberapa RUU yang menarik untuk mahasiswa jurusan tertentu saja, kritik tersebut juga dari mahasiswa berbagai latar belakang ke ilmuan dari anak Fakultas Hukum yang kuliahnya hanya di ruangan sampai anak MIPA yang gemar ke hutan, dari anak FISIP yang kantinnya sangat negebul sampai anak rumpun kesehatan yang sangat anti rokok.
Ominibus Law memang menjadi perdebatan yang pelik beberapa bulan ke belakang, tidak hanya karena pembahasannya yang dilakukan di tengah Pandemi Covid-19, tetapi substansinya yang banyak dikritik oleh publik.
Permasalahan dalam klaster ketenagakerjaan seakan menjadi fokus pembahasan banyak media mainstream. Wajar saja, buruh menjadi kelas masyarakat yang paling cepat tanggap melakukan penolakan terhadap RUU Cipta Kerja.
Selain reaksi buruh, menurut saya beragam kajian yang dibuat oleh mahasiswa juga menarik untuk dibahas. Tentu tujuannya bukan untuk mengglorifikasi gerakan mahasiswa, namun karena beragam kajian yang dibuat mengangkat beberapa topik yang belum secara "mainstream" dibahas di media.
Dalam artikel ini, saya akan membahas beberapa kajian dari mahasiswa Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Padjadjaran. Tentu patut digarisbawahi, bahwa tidak hanya mahasiswa universitas-universitas tersebut yang membuat kajian, namun karena keterbatasan minat baca artikel panjang di era jurnalistik elektronik saya hanya memilih beberapa kampus saja.
Pada bagian akhir tulisan saya juga memberikan beberapa tautan kajian dari universitas-universitas lain.
Kajian Mahasiswa Universitas Indonesia