Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

UN Terpaksa Mati Lebih Muda, di Antara Stres dan Bilang "Yes"

25 Maret 2020   11:52 Diperbarui: 25 Maret 2020   12:28 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu bagaimana skenario dan kelanjutan peserta didik dengan adanya peniadaan UN?

Mendikbud Nadiem mengklaim, keputusan peniadaan lebih cepat UN itu tak memengaruhi sistem pendidikan nasional, termasuk urusan menentukan kelulusan para siswa. Sebab, selama ini UN bukan lagi penentu kelulusan para siswa atau syarat seleksi masuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 

Para lulusan SMA/sederajat bisa kuliah dengan mengikuti tiga jenis seleksi: jalur undangan, jalur reguler (SBMPTN), dan seleksi mandiri.

Begitu juga bagi para siswa yang mau melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Peniadaan UN tak mengganggu Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).

"Tujuh puluh persen dari penerimaan siswa sudah zonasi, jadi sudah berdasarkan area. Selebihnya, seleksi masuk berdasarkan akumulasi nilai atau bisa juga berdasarkan prestasi akademik maupun non-akademik," ujar Nadiem, seperti dikutip dari Vivanews.com

Masih dilansir Vivanews.com, Nadiem juga menekankan bahwa pembatalan UN tidak harus berdampak pada penerimaan siswa baru.

"Jadi, itu penting, bahwa pembatalan UN ini harusnya tidak berdampak pada Penerimaan Peserta Didik Baru."

Disambut Beragam Oleh Siswa
Putusan pemerintah untuk meniadakan UN pada tahun 2020 ini rupanya ditanggapi beragam oleh peserta didik. Setidaknya hal ini terjadi di lingkungan sekitar penulis.

Salah seorang murid SMP yang memang penulis lihat merupakan murid pintar mengaku dengan dibatalkannya UN ini perasaannya campur aduk, antara senang dan stress. Pasalnya, persiapan dia menghadapi UN ini memerlukan waktu yang tidak sedikit. Demi UN, si anak ini rela mengorbankan waktu bermainnya hanya untuk belajar dan belajar.

Kendati demikian, pengakuan si anak ini hanyalah sebagian kecil dari apa yang penulis temukan. Pasalnya, ternyata jauh lebih banyak yang mengaku girang setelah mengetahui bahwa UN tahun ini ditiadakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun