SELAIN sebagai ibu kota, apa yang terpikir dalam benak kita ketika bicara tentang DKI Jakarta? Pastinya banyak ragam yang bisa diutarakan. Tapi bila dikerucutkan, penulis masih meyakini bahwa Jakarta masih identik dengan kemacetan, polusi dan tentu saja banjir.
Ya, banjir bagi DKI Jakarta seolah telah menjadi "kutukan" turun temurun. Siapapun pemimpin atau Gubernurnya, hampir dipastikan tidak pernah lepas dengan bencana alam yang satu ini.
Maka wajar jika akhirnya penangan banjir di DKI Jakarta selalu dijadikan tolak ukur sejumlah pihak bahkan masyarakat, atas berhasil atau tidaknya seorang gubernur dalam memimpin Jakarta.
Sejauh ini, memang sepertinya belum ada seorang pun gubernur di DKI Jakarta yang mampu dan memiliki solusi jitu terhadap penanganan banjir. Padahal secara teori, mereka yang pernah memimpin ibu kota negara ini hampir tidak pernah kehabisan ide-idenya.
Tapi, tetap saja banjir tiap tahunnya selalu menjadi tamu tak diundang. Datang dan merusak segala apa yang ada di sekitarnya. Tidak hanya harta benda, bahkan nyawa pun tak luput dari terjangannya.
Kita coba lupakan banjir yang pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Karena itu hanya akan menggores luka lama bagi mereka yang pernah menjadi korban.
Untuk tahun ini saja, setidaknya ada dua kali banjir besar melanda kota Jakarta. Pertama pada awal tahun baru 2020 lalu dan pada minggu-minggu pertama bulan Februari. Dampaknya, entah berapa rupiah kerugian yang diakibatkan banjir tersebut. Belum lagi ribuan masyarakat terpaksa harus diungsikan dan puluhan nyawa melayang.
Lantas siapa yang paling bertanggungjawab? Jelas yang dipersalahkan dalam hal ini adalah pimpinannya. Karena, hampir dipastikan siapapun orangnya yang menjadi gubernur di DKI Jakarta, penanganan banjir selalu masuk dalam agenda utama janji politik, saat kampanye waktu Pilkada.
Namun nyatanya, banjir tetap saja menjadi "agenda" rutin di musim penghujan. Hingga akibatnya segala bentuk cibiran, protes, nyinyir dan makian menjurus pada satu sosok, yakni Gubernur DKI Jakarta. Tak terkecuali Anies Baswedan yang sedang berkuasa saat ini.
Dengan adanya banjir di Jakarta, Anies seolah tak henti-hentinya dipersalahkan, dianggap tidak mampu dan dinilai hanya pintar bicara tanpa bukti oleh berbagai pihak. Baik itu masyarakat, warganet ataupun pemerintah.
Terlebih, mereka yang anti Anies seperti diberi panggung khusus untuk membully mantan Rektor Universitas Paramadina ini. Hingga akhirnya muncul stigma di masyarakat, bahwa Anies sangat buruk dalam hal penanganan bencana banjir di Jakarta. Banarkah?
Jika melihat banjir yang terus-terusan terjadi, boleh jadi anggapan itu benar. Tapi, lain halnya dengan pendapat dari orang paling kaya urutan ke-7 se-Indonesia, Dato Sri Tahir.
Menurut pendiri Tahir Foundation yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) ini, justeru blak-blakan memuji Anies Baswedan dalam hal penanganan banjir di DKI Jakarta.
Bahkan, dalam penilaian Tahir, seperti dilansir Riausky.com, penanganan banjir era Anies malah dianggap lebih baik dibandingkan dengan gubernur sebelumnya, Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok.
Pujian Tahir ini lahir diawali sebulan lalu, saat dirinya mendatangi Anies dan menawarkan bantuan soal penanganan banjir.
"Bapak Gubernur menjelaskan penanganan soal banjir, dan saya juga agak surprise, agak lain dengan yang dikatakan media sosial bahwa Gubernur Jakarta tidak baik menangani banjir, itu I think it's wrong," ujar Tahir dalam acara penerimaan bantuan sarana dagang bagi UMKM binaan JakPreneur, di Balai Kota DKI Jakarta, dilansir detikcom.
Masih dilansir Riausky.com, pria yang memiliki harta kekayaan hingga 5 miliar Dolar Amerika versi Forbes, mengatakan, banjir di era Anies lebih cepat surut dibandingkan dengan era gubernur sebelumnya.
"Setelah Bapak Gubernur menjelaskan, saya sangat-sangat ter-impress bahwa ternyata masa surutnya banjir itu jauh lebih cepat dari gubernur sebelumnya," ucap Tahir.
Dengan kata lain, Tahir ingin menyampaikan kepada publik tentang kinerjai Anies Baswedan, yang tidak kalah dibanding gubernur Jakarta Sebelumnya.
Apa yang diucapkan Tahir bisa jadi bisa sedikit mengurangi tekanan publik terhadap Anies tentang penanganan banjir di DKI Jakrta. Meski begitu, tentang siapa yang lebih baik diantara Anies dengan Ahok tentunya tidak bisa mengambil kesimpulan dari hanya pernyataan satu pihak saja.
Lagi pula, soal kepemimpinan dan kemampuan dalam memimpin bukanlah obyek perbandingan. Masing-masing pemimpin tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Jadi, siapa yang lebih baik antara Anies dengan Ahok, biarlah publik yang menilai.
Salam.
