Entah kenapa, kala mentari pagi mulai sapa seisi alam, dan jedela mataku terbuka untuk kembali menatap kerasnya hidup, ada jejak tertinggal di pembaringan. Ya, jejak-jejak pertualangan malam yang selalu selimuti hati di kala gundah.
Ingin rasanya, aku memohon pada mentari agar kembali ke haribaan, jangan dulu sapa dunia. Ingin rasanya ku menghardik diri kenapa izinkan membuka jendela mata. Karena, aku masih ingin berpertualang pada malam. Disana ada rasa, ada rindu, ada realita yang tak pernah kumiliki saat mata terbuka.
Wahai sang mentari pagi, izinkanlah aku keluar dari penjara ini, hingga aku kembali bertemu dengan mimpi. Mimpi semalam yang membawaku berpetualang pada seberkas asa yang selama ini aku rindukan.
Wahai pagi, belenggu hati yang terjebak di pembaringan membuatku makin terpenjara oleh serpihan kenangan yang tak juga aku lupa. Izinkan aku terbang bagai burung merpati menuju tempat yang kutemui dalam mimpi, lalu tumbuh disana dengan segala hal baru.
Mimpi aku merindumu, akan kujaga pertualangan semalam lewat jeruji kesadaran. Agar, sepenggal mimpi yang sempat kumiliki tetap terpatri dalam hati, dan terus bersamamu hingga mata kembali mengajaku ke pembaringan.
Sumedang, 19 Oktober 2019