"Syukurlah. Kalian memang anak-anak ibu yang baik. Maaf, hanya itu yang bisa ibu wariskan pada kalian. Tak ada harta yang bisa ibu berikan. Sekali lagi, maafkan ibu..!"
Setelah memberikan nasehat kepada kedua anaknya, tubuh Sukaenah tampak makin lemah. Sontak, kondisi ini membuat kedua anaknya tak kuasa menahan tangis lagi. Keduanya sesenggukan menangis sambil menciumi wajah ibunya.
Melihat mental anak-anaknya yang masih kelihatan berat melepas kepergiannya. Sukaenah, kembali memaksakan diri bicara.
"Anakku, manusia itu tidak ada yang kekal. Semua yang bernyawa pasti akan mati. Maafkan semua salah ibu, jika tidak bisa lagi menemani kalian. Nita, jadilah engkau ibu sekaligus bapak bagi adikmu Jaka. Dan kau Jaka, jagalah kakakmu dengan baik. Anggaplah,kakakmu pengganti ibumu. Lailah haillahu Muahamadu Rosullulloh," perlahan, kelopak mata Sukaenah mengatup. Meninggalkan alam dunya untuk selamanya, kembali menghadap sang pencipta.
"Kak Nita, ayo kita bawa ibu ke rumah sakit. Ayo, kak....!" Ucap Jaka, terengah-engah.
"Tidak perlu dik. Ibu telah berpulang ke pangkuanNya," Ujar Nita.
Hati Jaka langsung tersentak mendapati ibu yang sangat dia sayangi ternyata telah wafat. Tubuhnya menggigil. Diselonjorkan kakinya di ubin.
"Inalillahi wa inallilahi roji'un," bisiknya, sambil terus menangis.
***
Selang beberapa minggu kemudian, Nita lebih banyak melamun. Dia bingung dengan kelanjutan kuliahnya.
"Kakak, kenapa? Jaka perhatikan, akhir-akhir ini sering melamun."