"Ibu hanya ingin berpesan tiga hal pada kalian berdua."
"Apa itu bu?" Tanya Jaka
"Iya, apa itu bu?" Susul Nita.
"Pertama, jangan sekali-kali kalian tinggalkan ibadah. Karena itu, jalan satu-satunya pemberi jalan dan penerang hidup kalian di dunia maupun akhirat kelak. Lalu, yang kedua, bersyukurlah selalu atas apa yang kalian punya. Hanya dengan bersyukur, kalian akan terhindar dari segala rasa iri dan dengki," Sampai di sini, Sukaenah terdiam sejenak. Suaranya mulai agak berat.
"Bu, kalau ibu sudah tidak kuat, mending istirahat saja. Jangan paksakan bicara...! Pinta Nita pada ibunya.
Sementara, Sukaenah hanya menggelengkan kepala. Tanda dia, tidak ingin menunda lagi omongannya.
"Tidak, nak. Ibu masih kuat koq."
"Dengarlah baik-baik...! Yang ketiga adalah, kalian sebagai saudara, tetaplah rukun. Jangan ada saling benci diantara kalian. Karena kebencian adalah bibit kehancuran. Hati yang membenci, akan tidak pernah tenang dalam hidupnya. Dalam hatinya akan terus dikuasai dendam. Dan dendam adalah pangkal kehancuran jiwa dan raga."
"Apakah kalian mengerti, apa yang ibu ucapkan?" Tanya Suakenah pada kedua anaknya.
"Iya, bu. Nita faham maksud ibu."
"Jaka juga faham bu. Akan kuingat terus pesan ibu, selama hayat dikandung badan."