Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Kado Terindah) Kecupan Ayah

6 Oktober 2019   21:03 Diperbarui: 6 Oktober 2019   21:13 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melani tinggal berdua dengan ibunya, di sebuah perumahan Anggrek Regency. Sebuah perumahan cukup mewah yang berada di Kota Sumedang.

Sebagai anak satu-satunya, hidup Melani sangat berkecukupan. Semua yang diinginkan Melani pasti dikabulkan ibunya. Maklum, si ibu adalah salah seorang pejabat di kantor Pemda Sumedang.

Hanya satu yang selalu membuat Melani hampa dalam hidupnya. Yaitu, tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah. Menurut cerita ibunya, ayahnya itu meninggal sejak dia berumur satu tahun lebih. Tidak diceritakan detil apa penyebabnya. Karena, ibunya selalu enggan menjawab lebih jauh dan terkesan menghindar setiap kali bertanya tentang ayahnya dan keberadaan kuburnya.

Sore itu, Melani duduk sendiri di ruang tamu. Tak banyak aktifitas yang dia lakukan kecuali asik dengan gawainya. Namun, sekalipun asik memainkan gawai, raut wajahnya seperti sedang memendam perasaan sedih yang tak berani dia ungkapkan pada siapapun.
Ibu Melani mengetahui gelagat itu, lantas dia pun menghampiri anaknya.

"Koq, sendirian aja nih anak gadis mamah. Kenapa, mamah perhatiin dari tadi diem aja?" Tanya ibu Melani, sambil mendaratkan bokongnya persis di sebelah anaknya duduk.

Ditanya ibunya, Melani tak menjawab. Dia asik aja mainin gawainya dengan wajah makin ditekuk. Ada rasa kesal dalam hatinya.

"Hey, anak mamah lagi ngambek ya? What's wrong, honey?" Tanya ibunya lagi, lalu memeluk anak semata wayangnya tersebut.

"It's ok mom."

"I dont believe it. Mamah tahu betul sifat kamu, sayang. Kalau sudah seperti ini, pasti ada sesuatu yang mengganjal. Tell me, please..!"

"Bentar lagi, Melani 17 tahun, mah."

"Oh, jadi itu yang membuat anak gadis mamah ini galau?"

"Iya, mah."

"Emangnya, pengen dikasih hadiah apa sama mamah? Tell me...!"

"Melani pengen kado yang paling indah. Kado yang selama ini belum pernah mamah berikan."

"Iya, katakan..! Apa itu?" Tanya ibu Melani, penasaran.

"Melani akan katakan. But, you've to promise me first..!"

"Iya ... Iya, tapi mamah harus janji bagaimana?"

"Pokonya, mamah harus janji akan mengabulkan apa yang Melani pinta. Soalnya, ini ulang tahun Melani yang ke-17, mah."

"Baiklah, you've my words," Ujar ibu Melani, yakin.

"Are you sure, mom?"

"Iya, mamah janji. Sekarang cepat katakan! Kado apa yang kamu minta?"

"Melani pengen tahu papah," Jawab Melani, wajanya langsung berubah penuh harap.

Sedangkan, ibunya Melani juga tidak kalah syok. Sama sekali tak disangkanya, kalau permintaan anak gadisnya ini adalah sesuatu yang sangat sulit diwujudkan.

"Sayang, sudah berapa puluh kali mamah kasih tahu, kalau papahmu itu sudah meninggal."

"Bohong. Kalau memang sudah meninggal, dimana makamnya dan kenapa kita tidak pernah ziarah ke kuburannya?"

"Melani....!" Bentak ibunya.

"Kenapa mah? Apa salah Melani menanyakan papah? Atau, jangan-jangan kecurigaan Melani selama ini benar. Sebenarnya, papah masih hidup, tapi mamah tidak ingin Melani tahu keberadaannya. Apa benar begitu,mah?"

"Plakkkkk....," Pipi Melani ditampar ibunya.

"Ayo, tampar lagi Melani mah, tampar terus...!" Teriak Melani, sambil bercucuran air mata.

Namun, ditantang seperti itu, ibu Melani malah menangis sekeras-kerasnya. Menyesal atas perbuatannya barusan. Belum pernah sekalipun, dia menampar anak kesayangannya itu sekalipun.

"Maafkan mamah, sayang..!"

"Mamah tidak bermaksud menyembunyikan semua ini darimu. Cuma, waktunya saja belum tepat."

"Maksud mamah?" Melani penasaran dengan maksud ibunya.

"Benar katamu, papahmu masih hidup."

"Benarkah? Dimana dia sekarang? Ayo katakan mah..!" Ungkap Melani kegirangan.

"Sabar sayang, mamah mohon jangan paksa mamah untuk menceritakan semuanya hari ini."

"Kenapa mah?" Melani makin penasaran.

"Pokonya mamah belum siap bercerita. Mamah mohon, kamu mengerti, sayang."

"Baiklah. Kalau itu maunya mamah. Melani minta di ulang tahun nanti, Melani sudah tahu siapa dan dimana papah berada."
***
Dua minggu kemudian, tepatnya di hari ulang tahun Melani, tampak tak ada pesta apapun di rumahnya. Padahal, biasanya sweet seventeen adalah perayaan umur yang sakral bagi yang berulangtahun, khususnya perempun menuju pintu gerbang kedewasaan.

Melani yang sedang duduk di beranda rumah tampak begitu gelisah. Entah apa yang ada dalam benaknya.
Namun, tak lama berselang, kegelisahan Melani berubah total menjadi kebahagiaan. Ibunya Melani datang bersama seorang laki-laki paruh baya, namun masih kelihatan tampan.

"Sayang, ayo tebak...! Siapa yang bersama mamah ini?" Tanya ibunya sambil menunjuk ke arah laki-laki tadi.

"Papah?" Sahut Melani, menduga.

"Iya, inilah papahmu...!"

"Benarkah, ini papah?" Tanya Melani lagi.

Ditanya seperti itu, laki-laki tadi menganggukan kepalanya.

Melani pun tak kuasa menahan kebahagiaannya dan langsung merangkul ayahnya. Suasana mengharu biru pun tak bisa dibendung lagi. Ketiganya berangkulan dan bercucuran air mata kebahagiaan.

Bagi Melani, itulah kado terindah yang pernah ia dapatkan seumur hidupnya.

Setelah suasana kembali tenang, barulah rahasia yang selama ini ditutup rapat-rapat oleh ibunya mulai terkuak. Ibunya terpaksa membohongi Melani karena sebenarnya atas pesan suami atau ayah Melani sendiri.

Ayahnya terpaksa harus mendekam di penjara selama 20 tahun akibat perbuatannya membunuh seseorang yang hendak menodai kesucian isterinya. Waktu itu, Melani baru berumur satu tahun lebih. Meski apa yang dilakukan ayahnya Melani ini semata-mata membela harkat martabat kekuarga dan isterinya, tetap saja tidak bisa lepas dari jeratan hukum.

Hari itu secara kebetulan hukumannya telah selesai, meski baru menjalani hukuman sekitar 16 tahun. Namun berkat kebaikan dan kedisiplinannya di dalam penjara membuat dia sering mendapatkan remisi (potongan masa tahanan.
Demikianlah, sejak saat itu keluarga Melani utuh kembali dan hidup berbahagia.

SELESAI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun