Kutengadahkan kepala ke atas sana, rembulan masih tampak tersipu malu. Sinar purnamanya enggan tunjukan diri, sembunyikan sepertiga tubuhnya di balik awan hitam. Kenapa?....katanya malu, tak mampu sampaikan pesan rindu yang menggebu di hatiku.
Kusasar jalan setapak yang keloknya menahan laju kencang langkah kaki. Netraku  tak mampu berkedip, terhalang kabut hitam selimuti rindu, terus bercengkarama dengan gelisah diri. Sementara dedaunan tampak diam dan tertunduk malu. Kenapa?...Jawabnya, sang bayu belum mampu bisikan, aku di sini sedang menunggu hadirmu.
Ah..akhirnya aku terdiam berselimut pekat malam, yang dekapannya mencengkram sekujur tubuh, membeku oleh dinginnya angin menghujani tubuh. Kenapa?...balasnya, malu karena celotehnya belum bisa membuat rinduku bersua kata temu. Menunggu waktu tepat atau emang sudah jemu.
Kenapa engkau masih belum bisa menemuiku, ataukah emang rinduku ini malu-malu?
Sumedang, 06 September 2019