Hari ini, entah kenapa sang surya alpa sinari kamarku. Kutanya pada awan, rupanya sang batara sedang murung. Terhempas di haribaan, menangisi para anak negeri.
Coba kutanya pada langit. Tenang membentang gagah di atas awan. Sama...Dia pun tak menyahut. Kutanya sekali lagi pada awan, sang cakrawala sedang lara. Memikirkan nasib para anak negeri.
Ada apa dengan negeriku, alam pun hanyut dalam duka nestapa?...Kutanya pada awan, Dia pun membisu. Dalihnya, takut salah ngomong dan dicerca oleh para anak negeri. Berani mencela, tabu memohon maaf. Itulah para anak negeri, katanya.
Wahai saudaraku para anak negeri..! Lihatlah, Surya enggan bersinar, langit malas membentang. Bahkan awan pun membisu. Berhentilah saling cela, stop saling serang. Torang samua bersodara, urang sadayana wargi, kita semua Bhineka Tunggal Ika...! Bersatulah.
Wahai saudaraku para anak negeri..! Buktikan pada sang surya, perlihatkan pada cakrawala dan jelaskan pada awan. Kita bukanlah negeri gaduh. Kita negeri damai. Gemah ripah repeh rapih....! Bersatulah.
Sumedang, 25 Agustus 2019