"Belum" jawab Suci , lirih.
"Kenapa?" Susul Prita. Wajahnya pucat akibat rasa kecewa mendalam. Hancur sudah harapannya. Jawaban Suci tak sesuai keinginan.
"Hey katanya cuma satu pertanyaan" kembali Vera membentak.
"Baiklah....." ujar Prita. Gadis itu langsung mengeluarkan buku dari dalam tas gendong. Kemudian di serahkan pada Suci.
Dengan hati tak menentu, Suci menerima buku tersebut.
"Buku apa ini?" Tanya nya.
"Bukalah nanti bu dokter tahu sendiri" jawab gadis itu, tak kuasa menahan tangis.
Suci dan Vera bingung melihat perubahan wajah Prita yang mendadak. Namun, tak urung, buku itu mulai dibuka dan dibacanya.
Dilahapnya buku itu hurup demi hurup, hingga lembar per lembar. Sekian lama membaca, pucatlah wajahnya. Kemudian menutupnya, meski seluruh isi buku tersebut belum semua dibacanya. Lalu histeris, meneriakan satu nama.
"Shandy....................." Teriak Suci sambil menutupi wajahnya yang basah dengan air mata.
"Dimana dia sekarang?... Dimana...?" Cepat katakan...!" Suci mengguncang-guncang tubuh Prita. Gadis yang hatinya hancur itupun bisa duduk mematung. Air matanya merembes deras menyusuri kedua pipinya yang putih mulus.
Bagaimana dengan Vera?.....perempuan itu pun tak luput dari rasa haru. Namun kali ini mulutnya seperti terkunci. Diam mematung.