Mohon tunggu...
Elang Langit
Elang Langit Mohon Tunggu... -

nakal...

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Dongeng dari Negeri Jepang?

3 Mei 2014   23:57 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:54 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kali ini Takada Gaji diam, dia tidak menjawab. Kemudian kaisar berkata kembali...

"Aku tawarkan padamu uang emas, tapi kau harus tinggalkan Sayuri atau kamu pilih Sayuri, tapi tidak dapat uang seperakpun, bagaimana?".

"Pilihan yang sangat mudah. Hamba jelas pilih uang dong, hamba bisa kaya, toh hamba bisa cari gadis yang lain" ucap Takada mantap.

Sayuri menangis mendengar jawaban Takada, dia tidak menyangka jika Takada lebih memilih uang. Ternyata selama ini dia terbuai janji dan ucapan Takada.

"Baiklah, ini uang emas untukmu. Seandainya kamu memilih Sayuri, bukan hanya Sayuri yang kau dapatkan, tetapi aku juga akan memberi uang yang lebih banyak dari ini" ucap kaisar sambil memberikan sekantung uang emas.

Lalu Takada pamit dan undur diri setelah menerima sekantung uang. Sayuri masih menangis karena rasa kecewa. Kaisar pun mencoba menghibur Sayuri.


"Sudahlah, jangan menangis lagi. Lelaki seperti itu tak pantas kau tangisi. Masih ada pangeran yang begitu mencintaimu, menikahlah dengan putraku, cobalah belajar mencintainya, maukah?"

Sayuri terdiam mendengar ucapan kaisar, ya...dia bisa belajar mencintai. Perlahan Sayuri menganggukan kepalanya.

Akhirnya, pernikahan pangeran dan Sukhabawa Sayuri dilaksanakan dengan meriah. Mereka hidup berbahagia. Karena ketulusan hati, kebaikan dan perhatian dari sang pangeran, lambat laun, Sayuri bisa mencintai bahkan sangat mencintai pangeran.
Benar kata pepatah Jepang, witing tresno jalaran seko kulino, cinta datang karena terbiasa.

***
Tamat

Met weekend
Elang

1399110933130308116
1399110933130308116

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun