Mohon tunggu...
Elang Bakhrudin
Elang Bakhrudin Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer and Observer of Community Problems

Likes to share knowledge and experience for community enlightenment

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Langkah Jitu Menjadi Da'i Mumpuni

20 Oktober 2022   12:30 Diperbarui: 20 Oktober 2022   12:28 1258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Da'i adalah sebutan bagi orang yang punya kegiatan dakwah, yaitu mengajak kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran. Umumnya kata Da'i dialamatkan ke para ustad, penceramah, mubaligh atau tokoh agama. Keberadaan da'i cukup memberikan pengaruh bagi kehidupan umat baik dalam urusan agama, politik dan kehidupan sosial lainnya. Da'i menjadi sentra bagi umat untuk menanyakan segala macam problema dalam kehidupan.

Dilihat dari kiprahnya ada tiga Istilah yang berkembang di masyarakat tentang da'i, yaitu pertama disebut da'i tandur, yaitu yang memiliki lembaga-lembaga kependidikan seperti pesantren dan sekolah, da'i ini punya visi dan misi terbentuknya generasi baru yang akan bisa melanjutkan syiar kebajikan di masyarakat. Yang kedua disebut  da'i pitutur, da'i ini punya keahlian retorika yang bagus untuk menyampaikan pesan-pesan agama ditengah umat, sehingga punya kesibukan mengisi ceramah-ceramah di berbagai tempat, namun tidak memiliki secara institusi kelembagaan atau pesantren yang menyiapkan regenerasi. 

Yang ketiga suka dinamakan da'i sembur, biasanya da'i ini berfokus pada pengobatan, rukyah dan seringkali dianggap mampu berhubungan dengan hal-hal yang ghaib. Keberadaan mereka cukup banyak di masyarakat dan menjadi pekerjaan sendiri bahkan menjadikanya sebagai profesi.

Menjadi da'i  sesungguhnya merupakan pekerjaan yang sangat mulia, sebagai mana Allah nayatakan "siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang soleh dan berkata: "sesungguhnya aku termasuk orang-oang yang  menyerahkan diri" (QS.41:33). Disamping itu seorang dai ketika mampu berdakwah secara berkelompok dan bersama-sama menyeru manusia ke jalan Allah maka dipuji oleh al-Qur'an sebagai generasi terbaik (3:110). Dan dipandang sebagai penolong-penolong agama Allah yang terjamin atau terjaga  kedudukannnya (47:7).

Namun demikian tidak semua da'i itu mumpuni seperti yang diharapkan, banyak yang kemudian malah terjebak dalam urusan yang menurunkan derajat seorang dai, sehingga tidak bisa menjadi contoh dalam urusan agama, sosial,  bisnis dan rumah tangga atau urusan politik. Citra buruk akhirnya melekat padanya seperti munculnya ungkapan dai komersil, da'i calo, da'i abal-abal, da'i mata keranjang , dan lain sebagainya. Kenapa dan mengapa ?, tentu masyarakat sudah cerdas dalam menilai mana da'i panutan mana da'i yang bukan panutan.

Untuk menjadi da'i yang panutan dan teladan tentu tidak ada lain da'i yang mengikuti teladan rasulullah saw, " sungguh telah ada pada diri rasulullah suri tauladan yang baik bagi orang yang mengharapkan pertemuan dengan Allah, hari akhirat dan banyak menyebut nama Allah"(Qs.33:21). Mengeikuti keteladanan rasulullah saw bisa dilihat dari apa yang beliau ajarkan dan apa yang sejarah katakan tentang beliau yang memang dipersiapkan oleh Allah untuk menjadi da'i, " Hai nabi sesungguhnya sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan dan untuk menjadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi (QS.33:45-46).

Berdasarkan runtutan ayat yang turun dan beberapa ayat terkait dengan dakwah maka penulis merumuskan untuk menjadi dai yang mumpuni diperlukan persiapan sebagai beikut :

  • Persiapan Ruhani. Persiapan ini meliputi tiga aspek yaitu  aspek Intelektual, aspek spiritual dan aspek sosial. Aspek Intelektual bisa dilihat dari kandungan wahyu pertama (QS. 96:1-5) yang isinya perintah untuk membaca, membaca ilmu dan pengetahuan berbagai hal. Aspek Spiritual tercermin pada wahyu kedua (73:1-6) yang isinya perintah untuk shalat malam meskipun dua rokaat, dengan shalat malam akan mengisi jiwa yang kering menjadi penuh hikmah dan ilmu. Aspek sosial terlihat dari turunnya surat al-Mudatsir (74:1-7) agar bangkit untuk memberikan peringatan yang tentunya memerlukan kecakapan dalam interaksi dan komunikasi.
  • Persiapan Jasmani, "dan pakaianmu bersihkanlah"(74:4)
  • Persiapan materi dakwah. Materi utama dalam berdakwah adalah menyampaikan al-Quran, " dan berikanlah peringatan dengan al-Quran orang yang takut dengan ancamanku"(Qs.50:45). Materi berikutnya adalah Sunnah dan ilmu yang lainnya yang mendukung al-Quran.
  • Persiapan Resiko
  • Resiko dalam berdakwah juga perlu dipersiapkan karena baik resiko perimaan maupun resiko penolakan. Ketika dakwah kita diterima maka yang perlu dilakukan adalah bersikap rendh hati dengan mereka yang telah beriman dan mengikuti ajakan kita (26:215), dan terus melakukan pembinaan agar mereka menjadi generasi yang lebih baik dan bisa menyampaikan kebajikan di tempat lain (9:122).
  • Ketika Dakwah ditolak maka perlu disikapi dengan penuh kesabaran (16:126) dan kuatkan kesabaran (3:200), dan ucapkanlah pada mereka, "aku tidak bertanggungjawab atas apa yang kamu lakukan"(26:216).

Demikianlah beberapa persiapan yang perlu dilakukan oleh para da'i dan calon dai dalam mengemban amanat dakwah ini agar sama-sama memperoleh keselamaan dunia dan akhirat. (eb)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun