***
"Umi, Umi..." Abi memanggil Umi dari tengah rumah.
"Iya Bi, Sebentar..." Jawab Umi dengan tenang. Disimpannya dulu bubur di mangkuk setelah beberapa suapan masuk ke mulutku. Aku hanya bisa terbaring lemah. Kondisiku perlahan membaik. Abi dan Umi mengurusku setelah aku diceraikan suamiku karena aku sudah tidak bisa melakukan apa-apa selain duduk dan tidur.
Aku hanya bisa menangis menyesali segala perbuatan yang telah aku lakukan tehadap mereka di masa yang telah lalu. Abi yang bukan ayah kandungku tak balas dendam atas perbuatanku yang menyakiti hatinya. Umi juga, tak pernah membenciku walau aku selalu berbuat salah. Bagiku, Abi dan Umi adalah pahlawan yang sesungguhnya.
"Umi, maafkan aku..." Dengan terbata aku berkata dan kupegang tangan Umi. Airmataku mengucur deras, sementara Umi hanya tersenyum dan lalu mencium keningku.
Elhida, 091117