Tatapan bola matamu mengisyaratkan ada kebekuan rasa di antara degup jantung
Kedipan mata digelayuti butiran bening
Basah namun tiada tertumpah
Biarlah, sisakan waktu untuk diam
Meski jemari sudah tiada lincah
Bibir kelu tak ada untaian kata mutiara
Hidung hanya mampu mencium aroma getir kabar berhembus
Keheningan ini tak jua pecah oleh desah lirih kerinduan
Ilalang sibuk bergoyang bercengkrama bersama angin
Arakan awan setia menghias atap langit
Namun ingatkah engkau pada semua itu?
Hidupmu amatlah berarti
Diam, diamlah engkau...
Patutkan diri pada cermin masa lalu
Biarkan diam mengurai berjuta khilaf
Perbanyak diam
Diam akan membawamu pada mimpi baru
Sulit? Biar saja
Diam membawamu mampu mensyukuri
Berjuta nikmat Tuhanmu
Takkan bisa dihitung
Hidup hanya sekali
Perbanyak kebaikan di sisa hidup
Niscaya bahagia kan datang memelukmu
(Sungai Limas, 3 September 2020)