Bulan Mencoba Menahan Tangis
Bumi berduka
Bukan karena matinya tetangga
Atau hilangnya harta benda
Suami, anak
Atau siapa saja
Awan telah menutupi dada
Dalam dingin malam
Bara tetap membakar aliran darah segar
Bulan merah telah pergi menjauh
Supermoon lewat begitu saja
Tak ada ucapan selamat datang
Tak ada penantian
Entah apa yang hingga kini jadi rebutan
Keselamatan?
Keamaan?
Terlepas dari bahaya?
Memangnya siapa kita?
Mampu menahan amarah dan murka
Kala hanya bulan berpagar bintang
Jangankan malam
Pagi pun enggan
Padahal semua pasir lagi diangkat
Dengan pernak pernik warna warninya
Melewati lingkaran bulan
Melampaui peredaran matahari
Sementara kita masih di sini
Bertarung dengan sepi
Bulan kasihan
Menahan tangisan
Setiap setengah bulan
Ingin berbagi
Sayangnya kita selalu acuhkan
(Sungai Limas, 9 April 2020)