Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kuseduh Secangkir Teh Pagi Ini

17 April 2019   04:19 Diperbarui: 17 April 2019   04:43 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mentari pagi telah menunjukkan wajahnya. Sinarnya menyelusup disela dedaunan. Berteman kicau burung bernyanyi, dan semerbak wangi melati. Semilir angin mengusap dedaunan menari lincah disambut kokok ayam bersahutan.

Di atas meja ini, kuseduh secangkir teh peneman rindu datang ke pesta. Aroma wangi teh membawa anganku kian melayang. Terbayang di ruang mata meriahnya pesta demokrasi hari ini.

Kuseduh secangkir teh pagi ini sebagai pengobat rindu. Rindu akan kedamaian dan ketenangan. Setelah berbilang hari dengar teriakan orasi. Kini telah tiba saatnya bermula, bersiap wujudkan segenap janji.

Pagi ini, kunikmati wanginya aroma teh. Terasa damai datang menyergap hati. Ah, segenap asa kembali bergelantungan di relung hati. Terlukis indah di dalam sanubari. Ya, hari ini bermula, dan pesta demokrasi akan dimulai.

Berteman secangkir teh di pagi ini, tak sabar rasanya menanti. Berharap hari ini semuanya tak ada halangan berarti. Hingga leluasa melangkah pasti, menuju pesta demokrasi. Semoga Tuhan senantiasa merestui.

(Sungai Limas, 17 April 2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun