Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Dalam Hujan

10 Februari 2019   07:21 Diperbarui: 10 Februari 2019   08:00 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pxhere.com


Hujan menyapa pagi
Lebat menderu di sela dedaunan
Menderas dan menghempas
Embun mencair larut di ujung pucuk

Bunga-bunga menari di tiup sang angin
Wangi mekarnya disiram sang hujan
Dedaunan tua tarbang ke sana ke mari
Disapu lembut angin basah

Kucoba hidupkan mesin sepeda motor tua
Setia temani hari-hariku dalam suka dan duka
Namun mesin tua tak kunjung hidup
Kucoba dan kucoba, akhirnya bisa

Ada desah ragu dalam ruang hampa
Menyelimuti pekat di ujung sukma
Ingin mengadu pada sang hujan
Namun hujan kian menderas

Perlahan pasti sepeda motor tua melaju
Menyusuri jalanan basah diguyur hujan
Ada segumpal asa coba ditancapkan
Terbayang senyum manis peserta didikku
Menyambut hangat biarpun dalam hujan

Sepeda motor tua sebagai saksi
Bergelut hari-hari sampaikan ilmu
Pada peserta didikku yang masih lugu
Terbayang sambutan hangat mereka
Berjejer telapak tangan sambut tanganku

Namun setelah bencana itu melanda
Tak terdengar lagi mulut-mulut mungil menyapa mesra
Hitam pekat mataku mencari bayang mereka
Semua sudah terbaring sunyi dalam gundukkan

Oh ternyata hujan telah reda
Aku hanya mematung menatap ruang kosong
Tak berpenghuni, tak ada teriakan bocah polos
Senyap tiada ada hentakkan meja kursi
Air mataku tumpah seketika


(Sungai Limas, 10 Februari 2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun