Mohon tunggu...
Ekri Pranata Ferdinand Baifeto
Ekri Pranata Ferdinand Baifeto Mohon Tunggu... Human Resources - Timor Tengah Selatan

Alumnus STKIP SoE angkatan 2014 jurusan Pendidikan Fisika dan saat ini sedang menempuh studi pascasarjana di Universitas Pendidikan Indonesia sejak tahun 2020. Menyukai banyak hal; sains, musik, sepak bola, seni, dan lain-lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rasisme, Sebuah Kekeliruan Manusia dalam Berempati

6 Juni 2020   02:02 Diperbarui: 6 Juni 2020   02:39 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rasisme - shutterstock.com

Di Indonesia juga sering terjadi hal yang sama. Jika memori kita masih segar, kita akan mengingat peristiwa rasisme yang terjadi beberapa waktu lalu di Yogyakarta. Beberapa mahasiswa Papua yang sedang studi di sana mengalami rasisme yang sama dan berakhir dengan kerusuhan.

Beberapa kasus di atas hanya mengingatkan kita bahwa rasisme itu masih terus dilakukan dan berbahaya. Tindakan semacam ini sangat tidak pantas dan perlu dihentikan.

Di sisi lain kita juga melihat bahwa ternyata manusia terkadang keliru dalam berempati. Kita lebih memiliki rasa peduli kepada makhluk lain; hewan, tumbuhan, benda, dan lainnya yang bukan manusia.

Kekeliruan dalam berempati ini membuat kita tidak rasional dan cenderung salah bertindak dalam hal kemanusiaan. Contoh sederhana, kita terkadang lebih peduli pada seekor kucing jalanan yang kumal daripada sesama kita yang membutuhkan makanan, pakaian, dan tempat tinggal.

Hal yang sama juga berlaku saat kita memperlakukan sesama. Tidak jarang kita temui suatu kesalahan ditoleransi karena orang yang bersangkutan memiliki kesamaan ras, suku, atau agama. Sebaliknya orang benar bisa diperlakukan tidak adil karena berbeda dengan kita.

Kita perlu belajar untuk tidak melakukan rasisme. Tidak perlu melihat warna kulit, ras, maupun agama. Jauh di bawah permukaan kulit, kita memiliki warna darah yang sama. Kita juga memiliki status dan sebutan yang sama yaitu "manusia".

Indonesia sebagai negara yang beraneka ragam suku, bangsa, budaya, maupun agamanya. Karena itu kita perlu menolak rasisme. Kita cukup menerima semua perbedaan itu dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun