Mohon tunggu...
Eko Zunni A
Eko Zunni A Mohon Tunggu... Freelancer - Saat ini sedang menjadi freelancer sebagai penulis. Beberapa tulisan telah dimuat di beberapa media.

Hobi bernafas dan berkedip

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sang Raja dan Penasihatnya

27 Maret 2023   22:05 Diperbarui: 27 Maret 2023   22:17 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di suatu kerajaan, hidup seorang raja yang memiliki kegemaran berburu. Kegiatan berburu ini dilakukan untuk menghilangkan penat selama memimpin kerajaan.

Setiap berburu ia selalu ditemani penasihat kerajaan dan beberapa prajurit pilihannya. Tiba suatu hari ia akan berburu dan berkata kepada penasihat kerajaan, “Menurut pendapatmu, senjata apa yang harus aku bawa kali ini?”. Si penasihat kerajaan itu berkata, “Kalau menurut hamba, alangkah baiknya paduka membawa panah sebagai alat berburu kali ini.” “Kenapa?” “Kalau hamba lihat, keahlian memanah paduka sudah sangat baik. Mungkin kali ini saat yang tepat untuk mencobanya untuk berburu”, jawab penasihat tersebut. Sambil tertawa sang raja membenarkan perkataan penasihat tersebut. “Haha.. Baiklah, kamu memang selalu bisa diandalkan.”

Berangkatlah sang raja dengan rombongannya untuk memulai berburu. Tak lama mengintai hewan buruannya, sang raja berhasil melumpuhkan seekor kijang dengan satu kali tembakan anak panahnya.

Namun, saat hendak memotong hasil buruan itu, tidak sengaja, jari kelingking raja terpotong olehnya. Secara spontan ia mengeluh dan mengadu kepada si penasihat, “Ah.. menurutmu apa yang harus aku lakukan?” Dengan rasa takut si penasihat menjawabnya, “Sabar paduka, coba balut menggunakan kain untuk menghentikan darah untuk sementara.” Sang raja pun mengikuti sarannya.

Sesampai di istana, sang raja bercerita kepada seluruh menterinya tentang kejadian tersebut. “Aku telah mengalami kecelakaan, bagaimana pendapat kalian?” Semua hanya terdiam. Kemudian si penasihat kerajaan tersebut memberanikan diri untuk dengan berkata. “Maaf tuan paduka, sebaiknya tetap syukuri dalam setiap keadaan”. “Kamu bilang aku harus bersyukur? Aku telah cacat, aku tidak lagi sempurna. Dan kamu meminta aku tetap bersyukur”, sang raja naik pitam mendengar nasihat tersebut. Kemudian ia menyuruh pengawal untuk memasukkan ia ke dalam penjara.

Beberapa hari setelah kejadian tersebut, sang raja ingin berburu kembali. Kali ini ia tidak ditemani oleh si penasihatnya. Lama menyusuri hutan, raja dan rombongan belum juga mendapatkan hasil buruannya.

Tanpa  disadari, mereka telah melewati batas wilayah kekuasaannya. Mereka memasuki kawasan suku pedalaman. Raja dan rombongan kesulitan menemukan jalan pulang.

Sampai akhirnya mereka dihadapkan dengan rombongan suku pedalaman tersebut. Raja dan rombongan disandera untuk dijadikan tumbal pada upacara adat suku tersebut.

Sebelum dilakukan upacara, seorang tetua suku tersebut membacakan mantra dengan sesekali memandangi tubuh raja dan rombongan tersebut. Saat melihat bagian tubuh sang raja, tetua tersebut memerintahkan salah satu orang untuk melepaskan sang raja. “Buang saja orang ini, dia cacat. Leluhur kita menginginkan manusia yang sempurna sebagai persembahan”, kata tetua tersebut. Akhirnya, sang raja pun dibebaskan dan dengan segera ia kembali ke istana.

Keesokan harinya, ia kembali duduk di singgasananya. “Pengawal, bawa kemari si penasihat kerajaan dari penjaranya!”, perintah raja kepada salah satu pengawal. Si penasihat pun menghadap raja dengan posisi tangan masih diikat. “Apakah kamu tahu, kenapa aku memanggilmu?”, tanya sang raja. “Hanya paduka yang lebih mengetahui sebab tersebut”, jawab si penasihat itu. “Karena jari kelingkingku ini tidak ada, aku telah lolos dari suku pedalaman sebagai persembahan untuk leluhurnya”, kata raja tersebut kepada penasihat.

Mendengar kabar tersebut si penasihat pun ikut senang. “Hamba turut senang mendengar kabar tersebut paduka, hamba juga bersyukur karena  paduka telah memenjarakan hamba”, ucap si penasihat tersebut. “Kenapa kamu malah bersyukur?”, tanya sang raja. “Semisal hamba tidak dipenjara, hamba pasti akan ikut menemani paduka  berburu waktu itu. Dan hamba juga pasti akan dijadikan persembahan oleh suku tersebut”, jawab si penasihat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun