Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023

esai

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Andai Kutahu Rasa adalah Filsafat yang Konstruktif, maka Akal dan Logika Berjalan Seirama

27 Mei 2024   04:23 Diperbarui: 27 Mei 2024   04:31 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock


Oleh: Eko Windarto

Pernyataan ini menunjukkan bahwa pengalaman kita yang bersifat emosional, dan lebih mengarah pada perasaan, dapat juga dikaitkan dengan filsafat, yang secara tradisional lebih mengutamakan pikiran, akal, dan logika.

Namun, dalam perkembangan filsafat modern, pendekatan yang lebih inklusif dan holistik menempatkan peran penting pada perasaan dan emosi dalam proses berfilsafat. Akan tetapi, pembahasan dan penjelajahan konsep-konsep filosofis tetap memerlukan akal dan logika sebagai alat untuk membantu memperjelas dan mempertegas pemahaman kita terhadap suatu masalah atau topik.

Dalam menghadapi masalah filosofis tertentu, kita perlu menggunakan akal dan logika untuk menganalisis secara kritis dan mempertanyakan konsistensi argumen dan bukti yang ada. Namun, dalam mempertimbangkan sifat manusia dan dunia, perasaan dan emosi juga sangat relevan dalam memahami berbagai perspektif dan pandangan.

Dalam filsafat modern, akal dan perasaan dianggap saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Konsep ini dikenal sebagai "eksistensi" atau "inti eksistensial" manusia, di mana unsur-unsur kognitif (rasa, pemahaman, pikiran) dan unsur-unsur afektif (emosi, perasaan) saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.

Dalam filsafat, akal dan perasaan dianggap sebagai alat yang saling melengkapi dalam proses mengembangkan pemahaman yang lebih komprehensif dan bermakna tentang dunia dan manusia. Akal membantu kita untuk memahami sesuatu secara rasional dan logis, sedangkan perasaan memberi bobot pada nilai-nilai dan pengalaman emosional yang dapat memperkaya pemahaman itu.


Karena itu, ketika kita mempertimbangkan atau memikirkan sesuatu, kita seharusnya tidak melepaskan perasaan atau emosi kita. Kita seharusnya menyeimbangkan antara pemikiran yang rasional dengan pengalaman yang lebih emosional, dengan harapan dapat menemukan pemahaman baru yang lebih dalam dan bermakna tentang subjek yang dipertimbangkan.

Menyeimbangkan akal dan perasaan dalam pengambilan keputusan adalah suatu proses yang kompleks dan subjektif. Namun, berikut adalah beberapa cara yang dapat membantu kita menyeimbangkan kedua aspek tersebut dalam pengambilan keputusan:

Berlatih introspeksi diri: Berlatih untuk memahami emosi dan reaksi kita terhadap suatu situasi atau masalah adalah langkah pertama untuk menyeimbangkan akal dan perasaan saat mengambil keputusan. Dengan lebih memahami dan mengenali emosi kita, kita dapat mengenali dan memahami bahwa emosi mempengaruhi pemikiran rational kita sehingga kita dapat mengambil keputusan dengan lebih tepat.

Pikirkan dengan tenang dan objektif: Dalam situasi yang sulit atau penuh tekanan, pikiran kita bisa mudah dipengaruhi oleh emosi, terutama jika emosi itu sangat kuat. Oleh karena itu, penting untuk memberikan waktu bagi diri sendiri untuk merenungkan, mengambil jeda dan tenang, dan memikirkan situasi secara objektif, tanpa jatuh ke dalam jeratan emosi yang terus menerus.

Berbicara dengan orang lain: Bercakap-cakap dengan orang lain yang bisa diandalkan dan bermakna bisa membantu kita memperoleh sudut pandang yang berbeda dan membuka pikiran kita untuk mempertimbangkan beberapa aspek yang masih terabaikan. Hal ini juga dapat membantu kita bertukar pikiran dan memperkuat sudut pandang dalam pengambilan keputusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun