Jangan ciptakan dinding batas yang menghalangi perasaanmu padaku. Untuk apa? Hanya jadi kisah yang canggung. Itu tak lucu. Itu siksa. Sama sama cinta, tapi tak diakui. Padahal semua sudah tahu. Tapi kenapa diingkari? Aku pecinta yang kuat mempertahankan dirimu. Demi masa depan. Untuk apa kau tutupi, saat doa kuasa Illahi menyatukan kita. Kau malu pada siapa? Ini jalan Takdir Semesta. Maka jadilah.
Sayangku. Aku ada untukmu. Kapan kau ada, untukku. Aku selalu abadikan moment kebersamaan kita. Kau kira itu tak berguna? Itu akan kuputar saat kita naik pelaminan. Jadi rekaman terindah kebersamaan kita. Agar dunia melihat aku tak dolanan asmara. Aku berkorban untukmu. Aku berjuang demi dirimu.
Sayangku, jadilah kekasihku. Kau cari apa lagi. Rawatlah yang sudah ada, untuk apa kau usir yang tulus ikhlas demi dirimu. Buatlah aku semakin sayang padamu. Takluk untuk setia dalam cintamu. Ini hati, bukan dolanan. Aku sudah tersakiti. Aku ingin cinta yang nyata. Dan semesta sudah memberi jalan jodoh berdua. Yang ada ini, jangan lepaskan. Ini bukan permainan. Masihkah kau menganggap tak butuh aku, membiarkan kasih ini tak terawat.
Tralala. Itu caramu mencintai aku. Kau menguji seberapa kuat aku sayang padamu. Kupahami itu caramu, tapi pahami juga kehausanku. Aku tak akan lari. Aku juga bukan sedang menipumu. Aku membawa Panji Panji amanat. Itu kuperjuangkan untukmu. Kau tak perlu takut bersamaku. Karena aku memilihmu, untuk masa depan. Kau bukan pelakor. Kau wanita muliaku, kekasih dunia akhiratku. Abadi, untuk selamanya.
Malang, 4 Oktober 2021
Oleh Eko Irawan